Sejak beberapa minggu ini jagat maya di hebohkan dengan agenda “kunjungan KEMENKES ke Markaz PPNI Pusat”.
Saya dan kita semua bergembira, ada harap-harap cemas akan kunjungan tersebut. Dalam hal ini, tentunya membawa kabar dan angin segar bagi profesi “KEPERAWATAN NASIONAL” bahwasanya kita di anggap ada dan bukan lagi bangsa lelembut, yang ada tapi tidak ada dan tidak dihiraukan selalu di anak tirikan.
Saya pribadi tidak tahu bagaimana sejarahnya perawat kita kurang di hargai di negeri sendiri. Berbeda dengan perawat tetangga sebelah “PILIPINA” yang bahasa serta diasporanya mencakup seluruh Dunia.!
Tidak tahu yang melatar belakangi perawat kita susah kiprahnya di negeri sendiri.! Kuliah mahal, apalagi DIII kejar tayang, kuliah, paraktik, persentasi, ujian, pindah lahan praktik loncat sana sini kalo boleh bilang kayak “BAJING LONCAT” kos kesana kemari.
Jika saja S1 selama 4 tahun kuliah, begitu lulus langsung menyandang Sarjana muda plus Ners, pasti saya ambil S1 4 tahun, tanpa ada lagi profesi 1-1,5 tahun.!
Terlalau banyak waktu, tenaga, pikiran dan material yang hilang, jika S1 4 tahun plus Ners 1-1,2 tahun.
Lulus kuliah jika ingin ke kanca international harus ada pengalaman kerja paling sedikit 1 tahun sampai 2 tahun.
Untuk menyikapi dan melengkapi pengelaman tersebut diambil garis tengah. Yang profesi Ners dianggap lah sebagai pengalaman kerja, itu bisa dan sah saja, tapi statusnya masih pelajar, bukan layaknya perawat yang benar-benar bekerja di rumah sakit, lah wong tindakan saja masih di batasi.!
Begitu kok mau menyelinap ke Luar Negeri, kalau pun lolos dan di trima Alahmdulilah. Kalau ketahuan dari Kementerian setempat, agap saja apes, apalagi berujung pemberhentian kerja. Itu masih mending lah kalau sampai di denda dan di penjara,? Siapa yang di repotkan sanak family, keluarga, rekan seprofesi (PPNI) dan negara.
Jangan hanya karena himpitan ekonomi, lalu menghalalkan segala cara tanpa memikirkan ujung ujungnya Nanati.! Masa depan masih jauh dan panjang jalanya.! Semoga saja ini hanya sugesti saya saja.
Iya kembali lagi ke kunjungan tersebut, kita perawat berjumlah ribuan atau jutaan ya. Sedangkan hampir semua tugas keperawatan mencakup semua kegiatan rumah sakit, klinik, panti, RB, BP dll.
Mengapa toh kita nelongso di tanah kelahiran kita sendiri.! Level paling rendah dari pendidikan kita adalah SPK, DIII, S1, S2, S3 bahkan ada sampai ke profesor keperawatan. Tidak kalah dengan Negara di atasnya Sulawesi dan diatasnya kepulauan Natuna.!
Secara pribadi saya tidak mengunggulkan dan merendahkan pendidikan kita, namun saya merasa iri dengan negara-negara tersebut yang mana penyebaran tenaga kerjanya sampai di 5 Benua dan bukan dalam hitungan jari saja.
Ayolah kawan seperjuangan yang berseragam putih di manapun berada, jangan mentang-mentang nyaman lalu diam tanpa angan.
Mengeliatlah layaknya rumput yang menjalar kesana kemari, jangan seperti gajah tidur lalu di dongkrak dan di dorong.!
Tidak usah terlena dengan apa yang kita dapatkan, terlena lah ketika kita nanati di mengerti, punya wadah sendiri dan merasa di ayomi serta di anggap bahwa kita ini ada dan bukan fiktif belaka.!
Kita mampu bekerja di manapun kita berada.!
Bagi PEMIMPIN YANG SEKARANG SEDANG BERTENGER DI ATAS AWAN, lakukanlah lobi-lobi yang bisa meningkatkan mutu dan gengsi di negri sendiri.!
Paling tidak kita di akui oleh uratnya Kemenkes siapa lagi kalau bukan Bpk. Kemenkes.!
Dan kita jangan sampai terlena dengan hal ini, kejar, pantau, awasi, siap lagi kalau bukan kita yang mengontrol Jalanya politik kesehatan.
Siapa juga yang tahu dunianya kita, kalau bukan kita sendiri yang punya dunianya perawat. Tetangga sebelah tidak akan tahu apa yang kita perlu.
Riyadh, 10 Desember 2019
Di bawah awan, mendung nan gerimis.!
Komentar
Posting Komentar
askep45.com