Langsung ke konten utama

PERAWAT JANGAN MAU KALAH DENGAN LULUSAN SD


Dulu ketika ada kemauan dan berencana untuk Kerja Keluar Negeri sulitnya bukan kepalang. Harus melengkapai beberapa syarat, mulai dari Paspor, Ijazah Kuliah, Ijazah SMA, KTP, Surat Pengalaman Kerja minimala 2 tahun, Sertifikat-sertifikat yang mendukung, Surat Izin Orang Tua atau Istri Keluarga, Medikal Cek Up, Pas Photo seabreg persayaratan yang herus di lengkapi guna bisa goo Luar Negeri. Belum lagi harus bayar mahal, syarat tersebut semuanya harus ditranslite Bahasa Inggris, bakalan ribet dan binggung jika tidak tau. Ya satu-satunja jalan kita harus keluar uang ekstra untuk mempercepat peroses. Yang saya baca dari teman-teman pokonya taunya beres, masalah uang bisa nego, begitu mungkin. entah uang tersebut dari mana asalanya milik sendiri atau hutang saya tidak tahu, yang jelas bukan NPWP (nomer piro wani piro) tapi MPWP (mbayar piro wani piro). Itu yang terekam di ingatan saya.

Semuanya harus selesai dalam waktu yang sudah ditentukan oleh pihak PT. Disinilah saya dan teman-teman yang lain merasa berat dan harus ektra ikhlas untuk berusaha. Apalagi PT tersebut berada diibu kota Jakarta. Terus seperti kami yang tau Jakarta dari TV serta Kejakarta hanya pas liburan sekolah kira-kira taukah Jakarta. Tidak kan. Paling yang tau Monas, Masjid Istiqlal, Lubang Buaya, Bundaran HI dan Senayan City. Itu saja modal kami.

Bukanya kami tidak berpendidikan. Untuk hal semacam ini harus menggunakan jasa PT tidak. Tapi kami semua ingin segera berangkat dan kerja, itu saja. Dalam hati saya masak saya kalah sama orang-orang lulusan SD yang bisa bekerja keluar negeri (PRT). Maaf teman-teman yang bekerja keluar Negeri ada yang tidak bisa baca tulis, ada yang hanya lulus SD, ada juga yang lulus SMP, ada juga yang lulusan SMA bahkan ada juga yang lulus S3 dan Profesor, semuanya sama mengunakan persyaratan yang berlaku di negera asala dan negara tujuan. Maukah saya kalah dengan mereka.! Dalam hati saya, ini tidak akan terjadi dan tidak akan berubah jika saya tidak bertindak dan tidak mencoba.

Menjadi rahasia umum di negeri kita berpa orang yang pernah naik Pesawat dan yang mempunyai Paspor? Saya tidak sombong, saya pertama kali terbang alias naik pesawat ketika saya berangkat ke Riyadh. Jika pembaca tidak percaya silahkan tanya kepada tetangga dan kepada sahabat-sahabat anda yang sekarang sekolah atau kuliah. Berpa orangkah yang sudah punya paspor.? Dan berapa orangkah yang sudah pernah naik pesawat? Dulu sebelum saya punya Paspor, ada seorang teman yang bilang. Ahmad kamu sudah punya paspor belum? Jawab saya “ saya belum punya paspor, dan jika saya punya Paspor, saya juga mau kemana? Uang saja tidak punya, mau liburan juga kemana?” (itulah pertanyaan yang saya siapkan untuk memfonis diri ini, bahwa saya bodoh dan seolahmenyerah, tak mau berusaha), benar tidak? Ternyata dari sini terdapat pembelajaran yang sangat berarti buat saya. kita harus punya dan harus bisa. Jangankan untuk mengurus paspor mengurus KTP saja, banyak yang tidak tahu. Barang sepele namun penting dan umumnya kita tidak mau tau dan gak mau tau. Urusanberes jika membayar jasa (minta buatin orang tua, sanak famili, pak carek atau bapak kepaladesa, duduk terdiam dirmah lalau si-KTP selesai dan bisa digunakan, tanpa tau perosesnya).

Sama seperti anggapan saya dahulu “untuk apa saya berlajar bahasa Inggris dan bahasa Arab, lah wong saya hidup di indonesia”! eehh tak tahunya Allah SWT, berkehendak lain. Penyesalan datang bukan pada awal namun pada akhir, ketika saya mau berkomunikasi, sulit dan untuk mengerti apa yang di inginkan, saya tidak tau (tidak singkron). Alhasil hanya pelonga plongo dan bertanya kepada yang tau.

Memang benar jika tdak suka tidak bisa dipaksakan, sya belajar bahasa arab dari MI (madrasah ibtidaiyah) dari kelas 3 sampai kelas VI, dilanjut lagi 3 tahun di MTs (madrasah tsanawiyah) dan lanjut lagi 3 tahun di MA (madrasah aliah). Jad yang namana pelajaran mengenai agama dan pelajaran bahasa Arab makanan setiap hari. Mulai dari belajar kata sifat dan kata benda, Isim, huruf Jer dan tetek bengenknya dipelajari, jika evaluasi pasti tidak ketingalan percakapan bahasa Arab, mengarang mengunakan bahasa Arab, membuat surat tidak masuk seklah dengan bahasa Arab, membuat surat lamran kerja dengan bahasa Arab, itu pasti setiap akhir Midle Semester. Belum lagi mata pelajaran bahasa Arab jika ujian ataupun evaluasi tidak ada yang bertuliskan tulisan latin, semuanya Arab dan 60 soal dan parahnya gundul semua tulisanya. Saya yang salah atau sistem pendidikan yang salah, atau saya yang tidak suka dengan pelajaran bahasa Arab.

Setelah menapakan kaki di bumi Arab pada 12 februari 2015, terasa dibelahan bumi lain. Orangnya berbeda dan bahasanya sangat jauh, alau ada beberapa yang sama. Sambil diam dan hanya terdiam dan memperhatikan percakapan orang Arab, Alahmdulilah saya tidak tau apa yang mereka bicarakan. Karena kebanyakan bahasa yang mereka gunakan bahasa Arab Amiah yang merka gunakn dalam percakapan setiap hari. Sementar bahasa Arab yang saya pelajari bahasa Pushah, ini bahasa resmi yang digunakan dalam kepemerintahan dan bahasa ini digunakan di hampir seluruh negara Arab, seperti Saudi, Mesir, Sudan, Bahrain, Kwait, Yordan, Qatar, Maroco dll. Belumlagi Maharijul huruf nya mereka yang sangat fasih, beda dengan lidah dan logat bahasa Arab orang Indonesia.

Samapi sekarang bahasa arab yang saya gunakan bahasa Arab yang simpel, tak jarang pasien tidak tahu apa yang saya ucap dan sebaliknya. Tanya apa jawabnya apa. Terkadang saya kelur ruangan dan mencar translator. Tak jarang saya mengunakan bahasa tubuh, seperti geleng-geleng dan mengangguk, atau memperaktekan dengan gerak tubuh. Pasien tak jarang mereka tertawa dan saya puntertawa, terkadang mereka sambil melirik keatas dan menghela nafas tanda sudahlah cukup.

Kerja sembari belajar dari setiap kejadian yang saya alami, yang paling penting adalah belajar bahasa arab yang sangat indah karena bahasa AL-Quran sebagaimana kitab dari umat Islam dan kita setiap waktu berkomunikasi dengan Sang Khalik menggunakan bahasa Arab.

Ahmad Irfankahn Hamim Sutopo
Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia 31 juli 2015





Komentar

Postingan populer dari blog ini

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) OCCLUSIVE DRESSING

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) OCCLUSIVE DRESSING Pengertian :      Teknik perawatan lukadengan cara menutup lukan dan memberi cairan, nutrisi dan antiseptik dengan drip selama 24 jam terus menerus Tujuan : 1.       Untuk mencegah infeksi 2.       Mempertahankan kelembaban 3.       Merangsan pertumbuhan jaringan baru 4.       Mengurangi nyeri 5.       Mengurangi terjadinya jaringan parut Indikasi : 1.       Ulkus varikosus 2.       Ulkus strasis 3.       Ulkus kronis Perosedur pelaksanaan A.     Tahap pra interkasi 1.       Persiapan alat a.        Kain kasa steril b.       Verban gulung c.        Larutan untuk drip yang terdiri dari : Nacl 0,9%, 325 cc, glukosa 40%, 125 cc dan betadin10%, 50cc d.       Trofodermin cream e.        Antibiotika tropical f.        Ganti verban set g.       Infus set h.       Pengalas i.         Sarung tangan j.         Gunting k.       Bengkok l.         Hipavix atau plester m.     Pelastik penutup ( tipis, putih dan transparan ) n.       Standar

STANADAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Menyusui

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Menyusui A.    Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994). B.    Tujuan C.    Persiapan ASI Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan : 1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk. 2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. 3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi. D.    Prosedur Kerja 1.     Cuci tangan bersih dengan sabun. 2.     Atur posisi bayi. a.     Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi. b.     Lengan ibu pada belakang bahu bayi, tidak pada dasar kepala, leher tidak menengadah. c.     Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, sedangkan

A STORY FROM INDONESIAN NURSE IN SAUDI ARABIA

We are just a group of nurses who are unable to face competition in their own country!   W e decided to reached Saudi Arabia with big dreams . I came here together with friends who unable to survive in the past. I have a story about sadness, care with communities that I lived and some friends survived with salary that I can not explain more. Sad.     Sadness is not the end of our story. We support each other that life must go on. I believe what Allah SWT says in the Qur’an, there is simplicity after trouble. We are a group of nurses, who always write our experiences and trips on social media and share to others. It called a story and our achievements not only be used as motivation but also spirit in the future.   Our fate was not as beautiful, what we have writ ing about our skills are not as good as what we have done. T he house flat where we live is not as beautiful as the house bird's , our dining flat there are no family photos, no relatives after work enjoyi