
Semuanya harus
selesai dalam waktu yang sudah ditentukan oleh pihak PT. Disinilah saya dan
teman-teman yang lain merasa berat dan harus ektra ikhlas untuk berusaha.
Apalagi PT tersebut berada diibu kota Jakarta. Terus seperti kami yang tau Jakarta
dari TV serta Kejakarta hanya pas liburan sekolah kira-kira taukah Jakarta. Tidak
kan. Paling yang tau Monas, Masjid Istiqlal, Lubang Buaya, Bundaran HI dan
Senayan City. Itu saja modal kami.
Bukanya
kami tidak berpendidikan. Untuk hal semacam ini harus menggunakan jasa PT
tidak. Tapi kami semua ingin segera berangkat dan kerja, itu saja. Dalam hati
saya masak saya kalah sama orang-orang lulusan SD yang bisa bekerja keluar
negeri (PRT). Maaf teman-teman yang bekerja keluar Negeri ada yang tidak bisa
baca tulis, ada yang hanya lulus SD, ada juga yang lulus SMP, ada juga yang
lulusan SMA bahkan ada juga yang lulus S3 dan Profesor, semuanya sama
mengunakan persyaratan yang berlaku di negera asala dan negara tujuan. Maukah
saya kalah dengan mereka.! Dalam hati saya, ini tidak akan terjadi dan tidak
akan berubah jika saya tidak bertindak dan tidak mencoba.
Menjadi
rahasia umum di negeri kita berpa orang yang pernah naik Pesawat dan yang
mempunyai Paspor? Saya tidak sombong, saya pertama kali terbang alias naik
pesawat ketika saya berangkat ke Riyadh. Jika pembaca tidak percaya silahkan
tanya kepada tetangga dan kepada sahabat-sahabat anda yang sekarang sekolah
atau kuliah. Berpa orangkah yang sudah punya paspor.? Dan berapa orangkah yang
sudah pernah naik pesawat? Dulu sebelum saya punya Paspor, ada seorang teman
yang bilang. Ahmad kamu sudah punya paspor belum? Jawab saya “ saya belum punya
paspor, dan jika saya punya Paspor, saya juga mau kemana? Uang saja tidak
punya, mau liburan juga kemana?” (itulah pertanyaan yang saya siapkan untuk
memfonis diri ini, bahwa saya bodoh dan seolahmenyerah, tak mau berusaha), benar
tidak? Ternyata dari sini terdapat pembelajaran yang sangat berarti buat saya.
kita harus punya dan harus bisa. Jangankan untuk mengurus paspor mengurus KTP
saja, banyak yang tidak tahu. Barang sepele namun penting dan umumnya kita
tidak mau tau dan gak mau tau. Urusanberes jika membayar jasa (minta buatin
orang tua, sanak famili, pak carek atau bapak kepaladesa, duduk terdiam dirmah
lalau si-KTP selesai dan bisa digunakan, tanpa tau perosesnya).
Sama
seperti anggapan saya dahulu “untuk apa saya berlajar bahasa Inggris dan bahasa
Arab, lah wong saya hidup di indonesia”! eehh tak tahunya Allah SWT, berkehendak
lain. Penyesalan datang bukan pada awal namun pada akhir, ketika saya mau
berkomunikasi, sulit dan untuk mengerti apa yang di inginkan, saya tidak tau
(tidak singkron). Alhasil hanya pelonga plongo dan bertanya kepada yang tau.
Memang
benar jika tdak suka tidak bisa dipaksakan, sya belajar bahasa arab dari MI
(madrasah ibtidaiyah) dari kelas 3 sampai kelas VI, dilanjut lagi 3 tahun di
MTs (madrasah tsanawiyah) dan lanjut lagi 3 tahun di MA (madrasah aliah). Jad
yang namana pelajaran mengenai agama dan pelajaran bahasa Arab makanan setiap
hari. Mulai dari belajar kata sifat dan kata benda, Isim, huruf Jer dan tetek
bengenknya dipelajari, jika evaluasi pasti tidak ketingalan percakapan bahasa
Arab, mengarang mengunakan bahasa Arab, membuat surat tidak masuk seklah dengan
bahasa Arab, membuat surat lamran kerja dengan bahasa Arab, itu pasti setiap
akhir Midle Semester. Belum lagi mata pelajaran bahasa Arab jika ujian ataupun
evaluasi tidak ada yang bertuliskan tulisan latin, semuanya Arab dan 60 soal
dan parahnya gundul semua tulisanya. Saya yang salah atau sistem pendidikan
yang salah, atau saya yang tidak suka dengan pelajaran bahasa Arab.
Setelah
menapakan kaki di bumi Arab pada 12 februari 2015, terasa dibelahan bumi lain.
Orangnya berbeda dan bahasanya sangat jauh, alau ada beberapa yang sama. Sambil
diam dan hanya terdiam dan memperhatikan percakapan orang Arab, Alahmdulilah saya
tidak tau apa yang mereka bicarakan. Karena kebanyakan bahasa yang mereka
gunakan bahasa Arab Amiah yang merka gunakn dalam percakapan setiap hari.
Sementar bahasa Arab yang saya pelajari bahasa Pushah, ini bahasa resmi yang
digunakan dalam kepemerintahan dan bahasa ini digunakan di hampir seluruh
negara Arab, seperti Saudi, Mesir, Sudan, Bahrain, Kwait, Yordan, Qatar, Maroco
dll. Belumlagi Maharijul huruf nya mereka yang sangat fasih, beda dengan lidah
dan logat bahasa Arab orang Indonesia.
Samapi
sekarang bahasa arab yang saya gunakan bahasa Arab yang simpel, tak jarang
pasien tidak tahu apa yang saya ucap dan sebaliknya. Tanya apa jawabnya apa.
Terkadang saya kelur ruangan dan mencar translator. Tak jarang saya mengunakan
bahasa tubuh, seperti geleng-geleng dan mengangguk, atau memperaktekan dengan gerak
tubuh. Pasien tak jarang mereka tertawa dan saya puntertawa, terkadang mereka
sambil melirik keatas dan menghela nafas tanda sudahlah cukup.
Kerja
sembari belajar dari setiap kejadian yang saya alami, yang paling penting
adalah belajar bahasa arab yang sangat indah karena bahasa AL-Quran sebagaimana
kitab dari umat Islam dan kita setiap waktu berkomunikasi dengan Sang Khalik
menggunakan bahasa Arab.
Ahmad
Irfankahn Hamim Sutopo
Riyadh,
Kingdom of Saudi Arabia 31 juli 2015
Komentar
Posting Komentar
askep45.com