Seberapa besar proses dan seberapa sulit proses yang kita jalani kelak menentukan besar kecilnya kesuksesan.
Beragam orang yang mengatakan sukses itu. Tinggal bagaimana kita memaknai hal tersebut.
Banyak dan ribuan dari kita yang berjuang namun hasil belum maksimal. Ada juga yang baru saja memulai langsung berhasil. Kendati demikian jangan sampai putus asa di tengah jalan. Bangkit dan berusaha lagi.
Diluaran sana banyak yang mendapatkan sesuatu dengan instan, hasilnya instan dan hilangnya pun secara instan.
Lain dengan yang berproses, lebih afdol dan terasa manis hasilnya. Tidak lantas dari hasil tersebut tanpa ada campur tangan pihak terkait, tidak juga. Di setiap hal pasti ada seseorang yang selalu mendukung kita terutama orang tua, saudara dan sahabat. Mereka banyak berperan sebagai penasehat dan pengamat.
Beberapa hari yang lalu saya, membaca tulisan yang judulnya “LULUSAN DARI PERGURUAN TINGGI YANG AKREDITASI C, TIDAK BISA MENJADI PNS!” dari judul tersebut dahsyat dan sangat menusuk bagi mereka yang terobsesi menjadi PNS. Dari PNS tersebut siapa yang tidak terhiur dengan gaji dan jaminan menjadikan setiap orang NGILER dan rela ngantri tahunan, ikut serta ujian seleksi yang memakan tempat seluas GBK Jakarta. Ada yang murni ada juga yang beli kursi. Dalam artian bahasa halusnya (beli kursi, tesnya hanya untuk formalitas).
Apalagi dengan lulusan D3, S1 dll. Baru lulus atau berpengalaman satu tahun bahkan puluhan tahun, rela nunggu dan melepaskan kesempatan begitu saja seperti menjatuhkan jarum di tengah lautan.
Benar adanya kemauan dan cara pandang itu berbeda. Tapi apa salahnya mengikuti saran teman dan di pertimbangkan siapa tahu ada nasip dan berbuah manis nantinya.
Proses!
Sama seperti saya. Saya merasakan akan hal itu. Bermualai keinginan kuliah di kesehatan, yang menurut saya gemblengannya sangat dahsyat. Dalam benak saya menjadi anak kuliah itu enak kayak di Film gitu! Mau gondrong, pakai baju bebas, berpakaian semaunya sendiri. Ehh… tidak taunya kuliah di kesehatan pakai seragam dan penampilan di kontrol dosen. Buset tidak seindah yang saya bayangkan. Rambut panjang kuku panjang bakalan ada tukang cukur dadakan. Ya tau lah kita perawat bukan kuliah seni rupa, yang warna dan dandananya rupa rupa.
Beban kuliah sudah di targetkan mulai biaya, SKS, mata pelajaran, KTI/SKRIPSI bahkan sampai wisuda tanggal, bulan dan tahun sudah tertera. Siapa yang tidak ingin cepat wisuda dan kerja. Bagi yang tidak taat silahkan tinggal kelas.
Beban mata kuliah kejar tayang. Minggu ini harus selesai, minggu depan lain cerita lagi. Jam kuliah dari jam 8 pagi istirahat 1 jam selesai kuliah jam 5 sore bahkan kadang magrib. Belum lagi bimbingan, praktik RS luar daerah, siap siap cari kost, dan mengerjakan tugas. Tugas harus di tulis tangan, setelah selesai NGASKEP pakai komputer, bagi yang punya. Yang tidak punya bukan urusan Dosen. Pinjam atau sewa urusan anda. Ditambah penguji serta dosenya KILLER tambah pas dan mantab. Hari kemudian harus selesai NGASKEP dan persentasi. Kalau tidak lulus silahkan ngulang lagi. Praktik berbulan bulan. Target KTI harus selesai dalam 10 Hari! Mencari referensi dari mana saja silahkan. Mau dari perpustakaan kampus tetangga bahkan perpustakaan daerah. Mogo yang penting terupdate dan sumbernya terpercaya, bukan katanya Profesor atau anda akan menyesal seumur hidup jika tidak membaca dan menyebarkan artikel ini. Tujuan mereka supaya Web atau Blogger banyak pengunjung dan banyak yang ngeklik.
Setelah lulus kerja mendapat kekecewaan yang sangat dan teramat pedih. Tak apalah semuanya proses dan menjadikan kita lebih bersyukurlah atas apa yang terjadi di masa lalu.
Tak mudah untuk menjadi seorang perawat. Banyak hal yang terengut dalam kehidupan ini. Tapi tak sedikit juga kebahagian yang kita dapat dari profesi perawat.
Diantaranya kerja bukan ladang permainan atau untuk melawak. Jelas pendidikan perawat di akui di kanca Internasional. Namun lepas dari itu gajinya main main. Tidak sama dengan aktor pelawak di negeri Kita yakin Indonesia. Kerja di stasiun Televisi yang kerjanya main main, ngelucu sana ngelucu sini. Bahkan banyak melecehkan attitudes, berbicara tidak sopan, kasar, toyor kepala sana sini. Digaji mahal, hanya untuk merusak Bangsa.
Sedangkan kita perawat! Setelah lulus kuliah, ada UKOM, test, interview bahkan cara bicara serta kode etika keperawatan kita lakukan, gajinya main main. Kalah dengan buruh lulusan SD sudah UMR. Yang lulus kuliah secara Professional serta di akui Negara gaji belum UMR. kebalik dan terbalik.
Bersemboya “aku kerja ini, (tidak sesuai profesi atau kemauan) terpaksa, sembari nunggu kalau kalau tes PNS bisa lulus”. Pernah juga seperti ini. Seorang sahabat. “irfan kamu enak banget kerja di Saudi Arabia, gaji besar. Mbok yaa oo kalau ada lowongan kerja saya dan teman teman yang di Indonesia dikasih tau”! Saya Jawab “ok siap Ndan”. Setelah beberapa bulan kemudian ada lowongan kerja saya infokan kepada sahabat saya. Setelah saya infokan apa katanya? Ini jawabannya “kamu enak irfan BESIK kamu bahasa Arab, jadi kamu tidak kesulitan berbahasa Arab. Ada juga yang bilang saya tidak di perbolehkan sama pacar saya, haloooo itukan hanya pacar, belum jadi pasangan hidup.! Saya takut jauh dari keluarga.! saya tidak di izinkan sama orang tua.! lantaran saya perempuan.! saya tidak jadi kesaudi takut di pancung.!
Segudang alasan. Itu bagai mereka yang tidak niat.! Mengapa takut mencoba jika belum pernah.! Kebanyakan tau, karena katanya dan katanya temenku.
Sekarang berfikir realistis! Saudi Arabia Negeri para Rasul. Untuk selain DUA KOTA SUCI UMAT ISLAM YAITU MAKKAH DAN MADINAH. Tidak semua orang bisa masuk atau lalu lalang selain Umat Islam. Selain kota tersebut banyak pendatang bahkan non muslim. Apa mereka punya BASIK Bahasa Arab. Jangankan bahasa Arab! Alif bengkong saja tidak tau. Toh nyatanya mereka mendominasi pekerja di Saudi Arabia, siapa mereka? Jawabnya “PILIPINA”. Entah mengapa mereka membludak apa karena AGENCY dari negara mereka mempunyai kinerja bagus. Atau AGENCY di negara kita yang banyak tipu daya dan menipu. Entahlah dimana perbedaan itu saya tidak tau.
Bahasa Inggris pas pasan. Saudi pilihan tepat. Di Saudi tidak semua bisa bahasa Inggris. Kerja sambil belajar itu lumrah. Menyerah sebelum belajar itu pasrah.
Menyelam sambil minum air. Sekali mendayung 2 3 pulau terlampaui. Sembari kerja bisa belajar bahasa Arab, Inggris, Umroh dan Haji. Siapa yang tidak kepincut dengan Umroh dan Haji. Syukur sukur penempatan kerja di Makkah Atau Madinah. Butuh bertahun tahun untuk bisa sekedar Umroh. Belajar akan kebiasaan dan kebudayaan mereka Saudi Arabia dan tahu karakter dari setiap individu dari belahan dunia (Indonesia, Pilipina, Pakistan, Mesir, Suriya, Palestina, India, Yaman, Somalia, Turkey, Bangladesh, Maroko dan Sudan) dan banyak lagi yang lainnya.
Yang jelas kita membutuhkan siapa orang yang tepat di saat yang tepat. Sebagai perawat kita tanya kepada perawat senior. Pergaulan membawa kepada kebiasaan dan keberhasilan. Kita bergaul dengan tukang ikan, tidak mungkin berbau Perfume. Juga tidak mungkin berbau jengkol.
Pandai menempatkan diri itu lebih baik, dari pada meniru dan jangan keliru.
Ahmad Irfankhan Hamim Sutopo
Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia
28 Juli 2016
Komentar
Posting Komentar
askep45.com