Tak
saling kenal adalah hal biasa namun setelah beberapa hal bisa menjadi kenal dan
saling mengenal. Entah itu ditepat kerja ataupun hanya selayang pandang saja.
Merasa malau dan merasa sendiri itulaha yang sering kita rasakan dimanapun kita
berada. Seperti yang sekarang ini kami rasakan, tadinya kita tidak saling
mengenal dan tidak masuk akal jika bisa bertemu dan kita bisa berbicara
bersama, makan bersama, diperjalannan bersama, seperti keluarga. Pelatihan
bersama dan kita semua cangung untuk membuka pembicaraan.
Itulah
yang terjadi ketika itu, sangat singkat dan mulai itulah kita bersama mulai
tegur sapa dan saling menggoda satu sama lain. Guna mengisi kekosongan waktu
dan menimbulkan rasa humor. Sejenak melupakan penat dan lara. Serasa bahagi
jika bisa mengoda dan bisa melontarkan satu kata atau lebih.
Rasa
humoris dan rasa tegang bercampur baur menjadi satu kesatuan yang sangat sukar
untuk memudar. Sesekali rasa haru dan humoris itu kaku menjadi candu yang siap
melumpuhkan saraf, lontaran setiap senyuman menjadi barang berharga, tak
ubahnya seperti merubah padang gersang menjadi hijau, nan rama di pandang mata.
Perjalanana kami mulai menyusuri setiap sudut ibu kota Jakarta. Perlahan dan
pasti laju kendaraan yang kami tumpangi tak lekas berhenti sebelum sampai di
Bandara Suekarno Hatta. Keheningan pecah sesaat setelah bercakap melipur rasa
sedih dihati. Kami pandangi satu persatu sudut demi sudut. Menjadi riuh dan
gaduh dan mengadu satu persatu. Tiba pada watku yang ditunggu dimana suasana
yang hangat berubah menjadi hembusan nafas sesak dan pilu dihati, tangis dan
air mata yang melepas kepergian kami. Masih ingat dan terniang di telinga pesan
yang terlontar dari lidah tulus dan ucapan mereka adalah do’a. Dekapan rasa
kasih saya tercurah serasa engan untuk melepaskan kehangatan pelukan yang
tulus. Nampak dari setiap pandangan mata yang sangat sedih dan engan untuk
berpaling dari setiap langkah kami. Serasa pilu hati ini jika teringat akan hal
tersebut.
Ditambah
lagi dengan kami bertiga (saya, ahmad, habib dan cak isan) tidak diantar oleh
keluarga. Rasa iri menjadi satu padu di hati ini. namun apa boleh buta dan
tidak mamapu berbuta, kecuali hanya do’a yang bisa kami panjatkan kepada Ilahi
Robby. Tepat pada hari Jum’at tanggal 13 February 2015 pukul 04.30 WIB kami
bertujuh meninggalkan Tanah Air menuju kota Riyadh Kingdom Of Saudi Arabia.
09.20 menit berada di dalam pesawat serasa lama tidak bisa di hitung dengan
jari-jemari. Sembilan jam berlalu begitu
saja, dengan rasa tak karuan. Entah apa yang ada dihati dari kami bertujuh,
jika saya boleh bilang saya takut bagaimana jika pesawatnya jatuh, saya tidak
bisa bertemu lagi dengan kedua orang tua saya dan keempat kakak saya. sembari
mengalus dada dan menagis, sesak pilu dihati, ingin rasanya menjerit dan putar
arah pulang lagi serta tak sanggup untuk membayangkan raut wajah Ibu, Bapak,
kedua Kakak saya serta beberapa Kerabat. Rasanya masih ingat dan berat untuk
melupakan, mungkin tidak akan lupa seumur hidup saya. Yaa Roobbyy inilah yang ada didalam hati
saya. ketika diruang tunggu saya menyempatkan untuk SMS tidak lebih isinya
pamit minta doa keselamatan semoga samapi ketujuan dan bisa kumpul kembali di
tanah air dengan selamat. Setelah masuk kedalam pesawat Qatar Airwaays, sebelum
hp dimatikan pamitan, saya telpone ibu tapi tidak diangkat. Saya telpon kakak
pertama alhamdulilah diangkat, sambil menagis saya berbicara, “kak saya berangkat, ini sudah didalam
pesawat, sembari nada saya melemah, sura kakak pun ikut melemah dan menagis,
saya ucapkan semua salinan berkas saya sudah saya poskan, semua identitas baik
nomer paspor dan tempat klinik ada didalam amplop, insyaalah datang dalam 1
minggu. Kakak hanya bilang iya, itu saja, saya lanjutkan pembicaraan saya, kak
sampaikan permintaan maaf jika saya ada salah sama kakak sama ibu, bapak dan
semuanya, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan menimpa saya, jangan
samapi kakak dan ibu, bapak semuanya mengeluh dan suuzon kapada Allah. Jika
saya ditakdirkan untuk meninggal di saudi percayalah itu semua sudah ketentuan
dari Allah tidak bisa dirubah, jika jasad ku tidak bisa pulang ke indonesia
cukuplah keluarga semua mendoakan aku dari Indonesia. Aku akan tenag dialam
barzah dan jika salah satu keluarga kita ada yang mendahului saya, jika saya
tidak bisa hadir dipemakaman, ketahuilah aku sedih dan teramat sedih jangan
menyalahkan dan jangan kecil hati, inilah resiko kerja di Negara Orang. Dengan
nada lirih dan terasa perih di hati kakak menjawab iya lee. Semakin menjadi
tangisku. Karena kakak tidak pernah memanggil saya dengan sebutan tole atau
lee. Bunyi mesin pesawat dan laju pesawat mulai terasa, dengan berat hati
tangisku dan dada ini terasa sesak, kakak sudah dulu aku mau terbang. Terdiam
sesaat saya dan kakak sambil menangis hati-hati ya lee. Jangan lupa setelah
samapi telpon ya. Iya kakak insayaallah aku pulang tiga tahun yang akan datang.
Jangan berhenti mendoakan aku adikmu. Hamim (panggilan dirumah) si bontot. Dan
saya akhiri dengan salam. Sesaat laju pesawat melaju kencang dan perlahan
meningalkan pijakanya dibumi, sembari menunduk saya menangis, terus merasa
tidak tega meninggalkan mereka semua. Sejenak terhenti dan sudah tidak menagis,
dan jika ingat wajah sang ibu serta bapak saya lekas menangis lagi. Sampai
terulang berkali-kali. Hingga pada akhirnya saya perlahan untuk kuat dan tidak
menagis lagi.
Saya
tidak tahu apa yang terjadi disekeliling saya dan saya tidak memperhatikan
teman-teman dikiri kanan saya, apakah seperti saya atau mereka lebih kuat atau
sebaliknya, atau tidak sama sekali meneteskan air mata. Saya tidak tahu itu,
yang jelas persoalan masing-masing. Suasana hening dan tanpa ada suara taupun
bertanya salah satu dari kami, suasana kaku dan terasa sendiri serta
terasingkan. Keheningan terasa lumer setelah paramugari dan pramugara
menghantarkan dan menawari makanan atau sekedar minuman. Mulailah senyum dan
garis raut wajah penuh kesedihan berubah menjadi raut senyum.
Dari
kami bertujuh mulailah sibuk sendiri-sendiri mulai dari melamun, diam,
mendengarkan musik, melihat film, mendengar orang ngaji, melihat daftar film,
musik, melihat rute penerbangan dan arah pesawat terbang, bahkan salah satu
dari kami ada yang membaca Al-Quran. Ada juga yang tidur, ada yang bilak-balik
kekamar kecil, ada yang tanya kok lama banget terbangnya,ada yang membuka
jendela melihat awan disekitar, dan hijaunya bumi kita, ada yang makan, ada juga yang salah pencet
sehingga pramugari datang menghampiri, ada juga yang tidak tau mengunakan head
set. Ada juga yang makan dan yang lebih parah lagi “selfe”.
Rasa
jenuh terasa entah berapa jam setelah penerbangan. Tak lama terdengar
pengumunan, serta berubahlah semua layar monitor didepan saya. Bahwasanya
pertanda pesawat segera akan mendarat. Denga cekatan semua pramugari dan
pramugara memberikan instruksi, untuk membuka jendela. Dan tibala di bandara
Hamad International Doha Qatar. Senang rasanya bisa berpijak di bumi, setidaknya
selamat pada awal satu langkah. Riuh dan mulai mempersiapakan bawaan
masing-masing. sekitar 15 menit dibukalah pintu pesawat, dan turunlah kami
bertujuh. Namun kami bertiga pisah dari rombongan, karena kami ketoilet dahulu
dan menyempatkan untuk foto dan selfe. Di bandara Hamad sekedar mengabadikan
moment ini. Kami bertiga berjalan ya sedikit was-was memisahkan diri. Sayalah
yang paling was-was, karena saya tidak bisa berbahasa inggris. Andalan saya kan
ada cak isan, yang pandai bahasa inggris. Terus berjalan dan bertanya tempat
ruang tunggu untuk penerbangan selanjutnya menuju Riyadh. Alahmdulilah tiba
ditempat pemeriksaan dan tas yang saya bawa saat diperiksa di x-ray berbunyi.
Alamak kagetnya saya. dan saya disendirikan sementara kedua teman saya lolos
begitu saja. Saya takut banget. Sambil berbicara bahasa inggris petugas berkata
keluarkan isi tas kamu, ikat pinggang dan jaket. Karena sudah binggung saya
linglung. Sambil gemeteran saya keluarkan dan saya menyisih ditempat lain.
Tenyata yang menimbulakan bunyi adalah kerokan kumis saya (gillete vektor).
Sambil menghela napas selamatlah saya. dan bertemu dengan seorang pemuda sebaya
dengan kami, dia bertanya “Indonesia” kami jawab “iya”. Mau kemana mas? Kami
jawab “mau keRiyadh”. Salah satu dari kami bertanya mas orang mana? “saya orang
solo, saya mau keItali”. Lalau kami melanjutkan perjalanan, selang beberapa
menit, kami tiba di tengah bandara atau pintu utama bandara Hamad, tampak ada
mobil mewah terpajang dan boneka besar terpajang. Habib tak ketingalan
mengambil gambar. Akhirnya tempat yang kami tuju ketemu dan tak melihat ada
keempat teman saya. saya menyempatkan untuk mencari dan alahmdulilah ketemu.
Enam
jam kami menunggu, untuk melanjutkan perjalanan keRiyadh. Sembari melihat
sekeliling saya mencoba mengenalai orang mana saja yang berlalu lalang
dihadapan saya. Beruntung ada teteh Eneng yang lebih dahulu memcicipi Saudi.
Saya duduk disampingnya dan bertanya “irfan kamu tau orang item-item dan baunya
menembus langit ketujuh”? jawab saya tidak tahu”. “itu orang Sri Lanka, kalau
yang itu, orang Mesir, kalau yang itu orang Saudi, nah kalau yg itu orang
Yaman, kalau yang itu orang Filipin, kalau yang itu orang India, itu pakistani
dll.
Terdengar
pengumuman pesawat tujuan kota Riyadh 1 jam sebelum keberangkatan. Antrian
untuk masuk boarding pass sangat panjang dan kami terpisah mencari posisi
masing-masing. Tampak dari petugas pemeriksa ada orang indonesia, dan rasanya
nyaman sekali, sayapun masuk. Diruang tunggu kami bertemu orang indonesia bekerja
disaudi. Sekitar 30 menit tibalah pemeriksaan masuk kedalam pasawat, saya
memilih orang indonesia yang memeriksa saya. begitu masuk saya berebut kursi
dengan teteh Eneng, saya pingin sekali duduk dipinggir dan tepat sekali sebelah
saya adalah sayap pesawat. Saya melihat setiap sudut perjalanan dan perubahan
pemandangan. Nampak bandara dan beberapa penerbangan lokal, cargo dan suasana
menegangkan ketika lepas landas. Begitu jelas dan tampak indah ketika melintasi
awan yang putih, serta melihat begitu kecilnya negara Qatar, gurun pasir dan
birunya lautan disekitar Qatar. Serasa mata ini engan berkedip dan engan
melewati meoment ini. 45 terbang saatnya tiba dan hendak mendarat di bandara
terakhir yaitu King Fahad International Riyadh. Nampak pemandangan kotak-kotak
dan ada beberapa unta yang terlihat dari pesawat. Alahmdulilah mendarat dan
selamat.
Setelah
mendarat kesibukan didalam pesawat nampak mempersiapakan bawaan masing-masing. Sebelum
magrib alahmdulilah saya sudah di tempat antrian. Dan saya deg-dekan lagi,
melihat petugas bandara Riyadh, semuanya serba putih, serta terasa asing, tidak
seperti di Qatar. Penertiban mulai terjadi, wanita hanya wanita, dan laki-laki
hanya laki-laki. Dan saya lagi-lagi dapat masalah. Beberapa teman lolos begitu
saja. Masih ingat betul saya dan Riyanti mendapat kendala. Ketika dipoto untuk
pembuatan Iqomah, data saya tidak muncul, dan diulang sampai beberapa kali.
Begitu juga dengan Rayanti mungkin. Rayanti lolos bahkan sampai dibawak kedalam
ruangan. Dalam hati waduh ada apa ini. Semua lolos, tinggallah saya. Sang
petugas sambil geleng-geleng kepala, dan memberi instruksi kepada saya untuk
duduk di bagian belakang. Sejenak saya berdiri dan melihat teman-teman.
Alahmdulilah itu masih ada dibawah tiang nampak habib dan cak isan. Terus
kawatir dan takut bukan kepalang, jika tidak malu dan patut untuk menagis akan
saya lakukan. Saya khwatir ditinggal dan koper saya hilang diamil orang,
lantaran tiket untuk mengambil koper ada ditangan saya dan saya belum selesai
pemeriksaan. Rasa takut terus menyelimuti, namun dengan teknik kepepet saya
pura-pura tenang, mengerak-gerakan kaki, duduk berdiri, lalu duduk lagi, dan
sesekali melihat petugas yang memeriksa saya. paspor dan kartu lainya sudah
ditahan di meja pemeriksaan. Nampak sekali sampai dua pendaratan pesawat yang
mendahului saya. habib mulai jenuh menunggu saya, berkomunikasi jarak jauh,
mengunakan gerkana tangan dan fokus gerakan mulut, saya tidak paham. Dan habib
dari jauh mengistruksikan lepas jaket mu irfan. Akhirnya saya lepas. Lalau saya
berfikir apa gara-gara jaket saya. maaf sebab dijaket saya tertulis dalam
bahasa inggris dan apabila diartikan dalam bahasa indonesia berartikan
“pelacur”. Lalau saya lepaskan jaket saya. dan habib bemberi jempol. Saya lupa
jaket tersebut tidak saya lepas. Saya sadar didalam ruangan pemeriksaan rasanya
dingin sekali. Sedangkan saya hanya mengunakan kaos dalam berwarna hitam.
Dinginya apun. Setelah 1 jam lebih alahmdulilah saya dipanggil dan alahmdulila
data saya ter input alaias diterima, rasanya melayang-layang diudara, saking
senangnya. Dan saya segera menuju ketempat dimana habib dan cak isan menunggu
saya. dan dapat masalah lagi ketika ditanya apa yang ada didalam kardus yang
kalian bawak, saya menjawab, buah-buahan. Coba buka? Kata petugas. Dan saya
membuka, pas yang saya bawak manggis, petugas bertanya ini buah apa lalau saya
jawab “manggis”. Sang petugas mengamil satu dari buah tersebut dan menciumnya.
Sembari bertanya ada semutnya tidak ini? saya jawab tidak ada. Padahal ada
semutnya keluar. Dan dia tidak melihat mungkin/atau pertolongan Allah SWT.
Lolos pemeriksaan terakhir. Dan yang menunggu kami dan menjemput kedatangan
kami ternyata irang indonesia. Adem ayem.
Kegiatan
menukarkan uang kami lakukan di teman teteh Eneng. Uangku satu juta ketika
ditukar hanya ada beberapa lembar saja. Aku kaget, dikita amat ya? Mereka
tertawa, ini Real Irfan.
Hal
pertama saya telpon orang tua saya, alahmdulila simpati dan xl ada signal di
saudi. Saya meberi kabar “ ibu saya sudah samapi saudi, ibu menagis dan
mengucapakan alahmdulilah, lalau mati lantaran pulsanya habis.
Begitu
samapi ditujuan kami tidak istirahant, kami langsung menghadap direktur untuk
wawancara dan melakukan pengambilan sempel darah. Padahal tau kami semua belum
solat, belum makan, mandi pokonya semuanya belum. Alias kucel bauk asem. Kami
di interviw satu-persatu, sebelum di interviw nampak sibuk mempoto copy
persaratan kami dan paspor. Dan kami disuruh makan oleh mamah dedeh. Kamipun
makan. Ingat sekali makanan yang kami makan nasi kabsa dengan porsi besar ayam
panggang, lalapan bawang bombay dan cabe hijau besar, rasanya aneh. Tanpa
mengiraukan mereka yang hilir mudik kami makan diruangan dan kami buka pintunya,
kami tidak memikirkan malu atau bau bekas kami makan yang penting kenyang dan
bertenaga. Belum juga selesai makan sang direktur datang, tak lain dan tak
bukan beliau adalah dr. Asfar, orang mesir.
Interviw
mulai dan ditanya satu persatu dimeja bundar, mulai dari pengalaman kerja dll.
Sambil disodorkan kontrak kerja, sambil mata merah dan wajah pucat kami disuruh
membaca, alahasil saya tidak tahu, karena semuanya tersedia hanya dalam dua
bahasa inggris dan arab. Alahmdulilah ada teteh Eneng yang tau dan paham bahasa
inggirs. Dan saya lepas tanggan, kami surulah dia membaca poin demi poin yang
tidak kami ketahui. Alahmdulilah terjadi kerja sama dan kesepakatan beberpa
poit yang tidak terdapat di salinan kontrak kerja ketika di Indonesi. Pembacaan
ulang dan kesepakatan kerja, deal, mulai jadwal kerja dan menyangkut dll. Kami
diberi 2 hari istirahat.
Samapilah
kami ditempat penginapan kami. Dan apa yang terjadi, sang pemilik kamar mas
roni umroh dan mas aa falevi nagji. Lalau kami ditampung dikamar sopir. Sambila
mengantuk kami bercapak kecapaean. Setelah di telpon alahmdulilah aa fahlevi
pulang dan kami masuk kamar, untuk istirahat, dan saya tidak dapat kasur tempat
tidur. Dan paginya alahmdulilah mas roni pulang umroh dengan kedua sahabatnya
yaitu Shaban dan Abdulkarim. Terasa asing melihat mereka karena mereka Shaban
orang Mesir dan Abdulkarim orang Hindia. Dan besoknya kami sarapan kubus dan
aneka kacang yang rasanya aneh, lalu mas roni tidurnya ngungsi ketempat tidur
temanya. Saking melihat wajah, wajah capek dan wajah kasihan. Disinilah cerita
sebenarnya dimulai..
Ahmad
Irfankhan Hamim Sutopo
Riyadh,
Saudi Arabia. 15 Agustus 215.
Komentar
Posting Komentar
askep45.com