Acapkali
saya bergumama untuk apa menderita, yang terkadang saya buat sendiri.
Penderitaan itu bukanlah sebuah mix yang harus dicampur adukan dengan 1 hal,
yang membuat saya tak pasti untuk melangkahkan kaki ini, untuk jauh menjauh
demi sesuatu hal yang saya idamkan. Saya tahu, saya bukanlah orang yang pandai,
saya tahu, saya bukanlah orang yang kuat, saya tahu, saya bukanlah orang kaya,
saya tahu, saya bukanlah orang sempurna dan saya tahu, saya bukanlah orang yang
pemberani dan gagah bak Gatot Kaca. Saya hanya mencoba melakukan apa yang
terbaik dan yang pantas untuk saya lakukan demi masa depan saya. pertanyan ini
muncul tiapa saat, kenapa kamu harus melangkahkan kaki sejauh ini? inikah
sebuah pilihan dan jalan hidup yang kamu pilih? (pertanyaan dalam hati saya).
Saya
tak pernah menyesal sedikitpun tentang apa yang sudah saya pilih dan rasakan.
Pahit getirnya keadaan yang serasa menelan bulat-bulat biji mahuni bercampur
dengan kaktus yang penuh duri, sangat menyiksa, terasa seret dan berhenti di
keronkongan dan menyayat hati. Sebuah peroses yang sangat sulit untuk dilalaui.
Tangisan dan rasa irilah yang saya rasakan ketika menjalani peroses kehidupan.
Ingin minta apapun itu, selalau memaksakan untuk bisa dan untuk belajar tega
terhadapa keadaan orang tua. Dalm hati “Tak mungkin seekor singga memakan anaknya
sendiri”. Dan “tidak akan mungkin seekor anak harimau bisa membunuh sang
induknya demi sesuatu”. Jika itupun ada tidak belaku pada saya. cukup hanya
melihat ibu dan bapak yang sudah semakin tua itu membuat hati saya miris dan
takut jika nanati bagimana kalau saya ditinggalkan dan bagimana jika saya yang
meninggalkan beliau tanpa saya disampingnya. Entahlah. !
Memang
benar jika seorang anak meyaitkan hati oang tua atau membangkang tidak nurut di
capa sebagai anak “durhaka” . Janganlah kamu menyakitkan hati orang tuamu,
karena Ridho Allah terletak pada Ridho kedua orang tua. Jika timbul pertanyaan
dari saya siapakah anak yang paling tega sekeluarga, maka saya akan menjawab
yaitu saya! Bagimana tidak, saya anak terakhir dari 5 bersaudara. Saya yang
paling tega meninggalkan kedua orang tua dan ke-4 kakak saya. Selama 6 tahun
SD-SMP meninggalkan mereka. Dua tahun SMP tinggal bersama mereka. Tiga tahun
berpisah dengan mereka pula. Dan tiga tahun pula saya meningalkan mereka untuk
kuliah. Lalau tinggal dan bekerja selama dua tahun bersama mereka, lalau
sekarang saya meningalkan mereka kembalai, untuk bekerja di kota Riyadh Kingdom
Of Saudi Arabia. Sayalah anak paling tega. Saya tahu untuk biaya sekola
SD-Kuliah menghabiskan dana yang tidak sedikit, bahkan untuk berangkat
kejakarta mengikuti tes sampai berangkat tetap mereka semua yang bingung dan
mengupayakan bagaimana bisa mendapatkan uang untuk bisa kerja keluar negeri. Saya
tidak sempat tanya ketika saya pergi kejakarta hingga kembali, hingga saya
sudah 7 bulan meninggalkan tanah air, apakah mereka bisa tidur nyeyak atau
tidak? Saya tida tahu. Apakah mereka selalau ingat ketika berkumpul di ruang
keluarga, ketika makan, ketika merenung, ketika berdiri, ketika duduk ataupun
ketika menginggat kenakalan saya ketika saya masih anak-anak, ketika saya
sakit, ketika mereka sakit, ketika bulan Ramadhan, ketika berbuka puasa, ketika
sahur, dan ketika 17 Agustus, saya tak tahu. Yang pasti saya tak sedikitpun
melupakan mereka begitupun sebaliknya.
Rinduku
kepada mereka selalau terucap ketika duduk dan berdiri mengingat sang Pencipta
dan selalau kutitipkan ucapan dan hanya mamapu berpesan, ya .. Allah
sampaikanlah kepada mereka aku sangat rindu, rindu akan belaian tangan mereka, rindu
akan ucapan mereka ketika saya sedang terpuruk, rindu dengan sikap mereka yang
sangat lembut, walau saya terkadang tidak mendengar nasehat mereka, tak jarang
saya menyebut mereka kuno, kolot tapi mereka tetap menyebut nama saya dalam
setiap hembusan nafas dalam doa mereka. Doaku dan permintaanku tidak banyak,
hanya meminta semoga mereka selalau sehat, panjang umur, dianggat penyakitdan
kesukaran mereka, semoga bisa haji dan umroh dimasa senja mereka.
Tepat
tangal 10 Agustus 2015 bapak sakit dan tidak sadar selama semalaman. Saya hanya
mendapat firasat mengapa saya ingat terus raut wajah bapak, bahkan ketika
shalat jumat dimasjid saya melihat bapak duduk didepan saya dan tersenyum. Tapi
tersenyumnya seperti menahan sakit. Selesai shalat jumah saya telpon ibu, kata
ibu bapak sehat tidak ada apa-apa. Saya percaya ucapan ibu. Setelah beberap
hari saya melihat bapak berdiri sendiri tanpa ada siapa siapa sambil menundukan
kepala, tak melihat kearah saya. saya kali ini tidak bisa menelpon karena uang
gajia saya semuanya saya kirim ke Indonesia. Tiga hari berturut-turut mimpi
selalau hadir bapak, dalam hatisaya tibul pertanyaan, “ada apa ini”. pada pagi
hari sekitar jam 09.00 waktu saudi. Saya dapat telpon dari indonesia, tepatnya
hari minggu tangal 16 Agustus 2015,
kakak ipar telpon “hamim ni kamu jangan kaget, bapak sekarang dirawat di RSUD Kayu Angung, sudah 1 minggu”.
Saya hanya terdiam, menahan sesak didada, lalu saya tanya “bagaimana keadaan
bapak”, “ ya belum ada perubahan” jawab kakak. Kakak hanya berpesan “jangan
khwatir semuanya baik-baik, jangan terlalau difikirkan nani kamu di saudi sakit
karena memikirkan bapak”. Hanya terdiam dan termenung.
Yang
saya tah kakak tertua sedang berada dijakarta, untuk bertemu dengan kementerian
DISNAKER-TRANS, serta mengikuti upacara 17 Agustus 1945 dan bertemu President
RI. Hati tambah was-was dan gundah gulana. Sambil pesiapan kerja saya mengagis
tak henti-henti. Sarapan tersa tidak makan, hati sedih dan menagis sambil
memakai seragam. Sejenak terdiam dan memcoba menguatkan hati untuk tidak sedih,
walau ada rasa sedih mencoba kuat dan tidak mewek. Sampila dtempat kerja saya
membeli pulsa 20 real lalau saya telpon kenomer ibu. Lalau saya bertanya “bagaimana
keadaan bapak, Alhamdulilah sudah bisa bicara?” Jawab Ibu. “mengapa ibu bohong,
tidak jujur ketika saya tanya keadaan bapak?” ibu menjaab, “maaf lee ibu, bapak
dan ke empat kakak mu tidak mau kamu sedih dan was-was akan kesehatan bapakmu,
cukup kami disini yang tahu, karena kamu di saudi sendiri, jika kamu sakit dan
kaget ketika bapak mu dirawat dirumah sakit. Lalau kamu sakit siapa yang
merawat kamu di saudi. Ibu berbohng demi kebaikan kamu dan dan cukuplah kami
berenam yang tau”. Mendengar ucapan ibu saya langsung menagis dan terdiam. Jawab
saya “ya sudah yang penting bapak sekarang sudah ada perubahan”. “Ibu saya bisa
ngobrol sama bapak?”. Tanya saya. Jawab ibu sebentar “mbah ini hamim mau
ngomon”. Belu berbicara “bapak sudah menagis samapi tak bersuara, saya ikut
menagis”. Saya bertanya “bapak bagaimana keadaanya?”. Sambila menagis
“alhamdulilah bapak sudah mendingan, kamu jangan terlalau memikirkan bapak, ya
seperti inilah keadaan bapak, bapak sudah tua, kamu di saudi jaga diri baik-baik,
ingat kamu hanya numpag di negeri orang, semoga selalau sehat, kamu jangan
sedih jangan menagis biar bapak saja yang menagis, kamu jangan takut, ini semua
sudah takdir Ilahi dan ini sudah jalan hidup kita. Kamu jangan suuzon kepada
Allah dan jangan sampai menyesal, bapak bangga terhadapmu lee, walau kamu anak
terakhir kamu nekat kerja jauh demi untuk masa depan mu dan keluarga kita, dan
maaf bapak serta ibumu tidak bisa membahagiakanmu, sehingga kamu harus mencari
rizky dinegeri orang, maafkan bapak, ibu dan kakak mu ya lee, saya bangga punya
anak sepert kamu, nekat untuk yang kamu inginkan dan pesan bapak jangan lupa
selalau sholat, bapak, ibu dan kakakmu semuanya selalau mendoakanmu supaya
sehat selalu dan supaya kita bisa kumpul seperti sedia kala. Saya tak mampu berkata-kata
hanya terdiam dan mengucur deras air mata ini. “dan pesan terakhir saya
berkata, terima kasih atas doa bapak, ibu dan kakak semuanya, semoga bapak dan
ibu selalau sehat dan dalam lindungan Allah”. Amin. Lalau pertanyaan saya “apa
bapak kangen saya?”. jawabnya “siapa toh lee yang tidak kangen sama anaknya
yang jauh meningalkan keluarganya”. “saya juga kangen sama bapak, ibu dan kakak
semuanya”. Jawab saya sambil menagis. “sudah bapak jangan menagis lagi,
insayallah bapak segera sehat dan bisa melihat kedatanganku ketika akunanati
pulang kerumah”. Jawab bapak insyaallah bapak bisa melihat kepulanganmu
kerumah, amin”. “sudah dulu ya bapak, aku akan selalu sehat dan akan selalu
mendoakan kesehatan bapak, jangan lupa istirahat, makn yang cukup dan jangan
memikirkan saya”. Jawab bapak “iya lee”. Salamualaiku...
Walau
saya jaug di Riyadh saya bisa melihat photo bapak yang sangat jelas dia
merindukan saya. Tampak di photo bapak memakai sarung saya, memakai selimut
saya dan memakai sepray kasur saya. Menambah saya menjadikan hati saya pilu.
Hanya ucapan doa dan mengingatnya tanpa harus mengurai air mata, saya harus
kuat dan tabah menjalani semua ini. Insyaallah Ya Roobbb....
Semoga
semua keluargaku selalau dalam lindungan Allah SWT dan semoga kami digolongkan
sebagai uman dan hambanya yang soleh dan solehah dalam kaeadaan khusnul
khotimah. Amin..
Ahmad
Irfankhan Hamim Sutopo
Riyadh
Kingdom Of Saudi Arabia, 28 Agustus 2015.
Komentar
Posting Komentar
askep45.com