MENTAL BAJA TAK CUKUP
UNTUK MENAKLUKAN GURUN SAHARA
Mana
pilihan yang paling tepat menurut kita, terus maju namun terhalang tembok
(Alexander Zulkarnain) Yakjud dan Makjud atau mundur dan menengok kebelakang
laksana melihat Oase dipadang tandus. Pilih mana? Yang jalas kita bisa
membedakan aman yang tepat dan pas untuk kita.
Sembari
kita berfikir apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita berikan dan
bermanfaatkah buat kita atau orang lain? Yang jelas kita hanya bisa memberi
sepantasnya saja mana yang cocok untuk orang yang membutuhkan bantuan kita.
Jangan sampai kita menolong di luar batas kemapuan kita.
Tepat
terhitung hari Senin tanggal 16 Februari 2015 saya bekerja di Kingdom of Saudi
Arabia. Merasakan hal yang sangat berbeda dengan adat istiadat Indonesia. Lain
sekali di Indonesia sangat jelas setiap tempat kerja mempunyai Motoo dan Visi
Misi yang jelas dipampang di hampir setiap sudut tempat, dengan tujuan biar
pengunjung bisa membaca dengan leluasa apapun itu bentuknya. dan supaya lebih
jelas apa hak dari pemberi jasa serta penerima jasa. Sama sekali tidak ada
bahkan tidak dijelasakan apa saja yang dianjurkan apa laranganya serta
sanksinya jika melanggar. Yang jelas saya sering merasa was-was apa yang saya
kerjakan hari ini dan apa yang akan saya kerjakan dan saya perbuat untuk hari
esok, tak jelas.! Dalam hati hanya bisa ngedumel ketika berangkat kerja jangan
sampai telat duduk manis didalam ruangan ada atau tidak ada pasien serta pulang
jangan samapi mendahului waktu yang ditentukan. Yang saya takutkan ketika
bekerja adalah melakukan kesalahan apapun itu. Untuk memandang wajah wanita
Arab saja tidak berani selau dan selau merundukan muka. Apalagi ngobrol dengan
lain jenis wah, tidak berani.
Kata
teman-teman sepekerjaan ataupun yang lainya, jangan sampi melanggar tata cara
serta ketentuan hukum Islam itu saja. Simpel bukan? Tapi pada kenyatanya tidak
begitu juga. Jangan sampai ketika kita tinggal dinegeri minyak ini samapi
hilang atau ketinggalan Iqomah (jika di Indonesia KTP) wah bakal runyam
urusanya jika tidak punya serta tidak membawa Iqomah ketika berlalu lalang
ditempat ramai bakalan mencicipi dinginya jeruji besi.
Belum
lagi ketika kita berada ditempat kerja yang mayoritas pekerjanya orang asing
serta pasinya orang asli. Marah dan tidak jika kita tidak perhatikan hampir
tidak ada bedanya, ngomongnya keras, lantang seperti orang gontok-gontokan,
tapi tidak semuanya, ada juga yang halus lemah lembut serta santun. Yang
menjadikan kita pelaksana sudah mengunakan bahasa Arab serta Inggris eh...
kitanya yang tidak dong alias tidak maksud. Saya merasakan hal ini. sudah
bahasa Ingris saya hanya bisa sedikit bahasa arab hanya bisa Aiywa, karban,
hayawan, mafi muskila, ijlis, serta mafi kois... heheh. Yang jelas jika pasien
ketawa ya ikut ketawa, jika pasien diam ya.. ikud diam jika pasien tidak nyaman..
walah keringat keluar bercucuran padahal diruangan AC dibalut pula dengan
musing dingin. Hanya 1 tekad kita bekerja dinegeri orang bukan untuk selamanya
dan bukan untuk mencari uang semata. Tapi kita bekerja untuk mencari
pengalaman, mencari perbandingan tentang apa yang ada dan belum ada pada diri
ini serta untuk Negeri.
Meras
senang terkadang merasa bimbang, untuk menjalani aktivitas setiap harinya.
Senangnya kita bisa tahu bahwa hukum Islam dinegeri ini (timur tengah) sangat
dijunjung tinggi. Serta mempunyai teman-teman baru dari belahan bumi ini (Indonesia,
Mesir, India, Pilipin, Sudan, Banglades, Turky, Palestine, pokonya masih banyak
dech... siapa yang tidak kepingin.? Tidak senangnya harus jauh dari Tanah
Tumpah Dara sang Ibu Pertiwi tercinta dan jauh dari keluarga. Dan tentunya
walau jauh dari keluarga tetap ingat dimanapun kita berada ini masih Bumi Allah
SWT dan masih ingat kata-kata Imam Besar yakitu Imam Syafi’i ” Seseorang yang berilmu dan beradab,
tidak akan diam dikampung halamanya. Tinggalkanlah negrimu, dan merantaulah
kenegeri orang. Merantaulah kau, akan mendapat pengganti dari
kerabat dan kawanmu. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah
berjuang. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir
menjadi jernih, jika tidak akan keruh mengenang. Singa jika tak tinglkan sarang
tidak akan mendapat mangsa. Anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan kena
sasaran. Jika matahari diorbitnya, tidak bergerak dan terus diam, tentu manusia
bosan padanya dan enggan memandangnya. Biji emas bagaikan tanah biasa, sebelum
digali dari tambang. Kayu Gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam
hutan. ( dikutip dari novel negeri lima menara )”. Inilah yang membuat semanta
serta menjadi obor ketika terjadi keredupan hati. Saya percaya jika ini memang
benar adanya.
Jangan pernah sekali-kali kita berfikir
segera bekerja dinegeri orang seperti tujuan Timur Tengah jika hati serta
fikiran masih cengeng serta ingat hangatnya serta lembutnya belayan dari setiap
ujung jari jemari Sang Bunda. Karena dari setiap tindakan pasti akan ada
penyesalan dan selalu ada untung dan ruginya. Persiapkanlah diri serta
bungkuslah keperibadian dan mentalmu dengan Baja bercampur Titanium serata
lapisilah dengan batu Karang yang siap mengoyak dari keperibadian mereka.
Jangan sampi kita takut jiak kita benar, dan jangan sampai menyesal dikemudian
hari atau merasa salah langkah. Semunya berbeda dan sangat berbeda yang tadinya
kita menggunkan bahasa Indonesia, semuanya akan berubah dengan bahasa Inggris
dan bahasa Arab. Dan jika saja kita tidak tahu dan tidak bisa bicara jurus
pamungkasnya adalah “Bahasa Tubuh” haha...
Pesan yang ingin saya sampaikan untuk
teman dan sahabat Nurse dimanapun. Jika dari teman-teman ada yang mempunyai
keinginan seperti saya, untuk mencicipi uang Real. Jangan pernah kita kalah dan
merasa tidak betah. Sebagai contoh proses kita untuk menuju timur tengah harus
tinggal semntara di Jakarta yang lengkap dengan hiru pikuknya. Terkadang kita
mengatakan tidak betah, nyata dan jelas sekali Jakarta masih Indonesia,
bagaiman dengan negara lain? Saya pernah merasakan bosan ketika dijakarta. Dan
hanya merasa akan betah jika kenegara tujuan kita. Nyatanya sangat berbeda.
Dijakarta saja ketika kita kangen keluarga kita bisa pulang kapan saja kita
mau. Namuan bagaimana jika kita tinggal dan bekerja di negara orang, yng paspor
serta ijazah dll ditahan semuanya, gerak gerik kita selau diawasi serta
dibatasi. Belum lagi masalah makanan yang sangat berbeda, seperti nasi kamsah
dan roti yang sangat asing rasanya dilidah kita. Ditambah lagi cuaca yang
sangat berbeda, jika musim dingin bibir, paha, ujung-ujung jari mengeluarkan
darah serta gatal. Bibir jika ketawa atau makan terasa perih dan nyeng-nyengan,
jika dingin rasanya seperti masuk lemari pendingin, jika panas minta ampun
panasnya serta silau dimata dan juga jika hujan debu. Hujan debu bisa terjadi
di indo ketika gunung meletus, tidak di saudi hujan debu hampir terjadi tiap
minggunya. Bagaimana kita bisa melaluinya jika kita ingat keluarga dan cengeng.
Anda siap dengan segala resikonya atau anda lebih suka mundur dan manjadi
perawat yang terundur-undur.? Hanya hati dan diri anda saja yang tahu. Jangan
pernah menyesal.
Jadi persiapkanlah diri anda dengan
bekal yang jitu, siap bersaing dengan bangsa lain ditempat keja, perlahan namun
pasti. Sekali lagi persiapkanlah diri kita masing-masing serta selalu gunakan
pepata “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” jangan pernah berharap
Saudi menjadi Indonesia dan Indonesia menjadi Saudi. Terima kasih atas segala
Limpahan Rahmat, Karunia-MU Ya Robb, serta Jauhkanlah diri ini dari segala
Fitnah dan Kekejaman Negeri Minyak ini Lindungilah Hamba-MU ini. Amin Yarob...
Ahmad
Irfankhan H.S
Riyadh
KSA. 26 Februari 2015 jam 03.00
Komentar
Posting Komentar
askep45.com