Tepat
sepuluh tahun yang lalu saya berdiri, berjalan serta belajar di daerah ini, dan
pada hari ini saya tepat berjalan serta belajar disini lagi. Seakan tak percaya
jika akan hadir serta berada di tempat yang sama ini. Memang benar jika kita
tidak merencanakan namun akan datang sesuatu hal yang sama dan pernah kita
lakukan dahulu, inilah campaur tangan Allah SWT dan berbeda pula waktunya. Semula
kita tak menyangka bahwa inilah yang akan terjadi dan yang terbaik untuk kita.

Menjadi
siswa baru di tempat yang baru dan dengan adat istiadat serta bahasa yang
berbeda menjadikan kita kalut. Kok bisa? Ya bisa bahas yang digunakan di
sekolah baru ku MTs. Miftahul Ulum adalah bahasa Melayu Sungai Lumpur dan
bahasa Bugis. Tinggal dikawasan yang masyoritas bahasnya lain sangatlah tidak
gampang apalagi seperti, saya orang jawa asli. Di sekolah inilah saya banyak
mengetaui tentang adat istiadat Melayu dan Bugis dan sangat berbeda bahasa
dengan kita orang jawa.
Pas
pada waktu masuk sekolah hari pertama saya di sapa kakak kelas yang bernama
Kasmir, orangnya ramah putih dan tampan, dia menyapa saya, ‘anak baru ya?’ ‘iya mas anak baru saya” jawab ku. Pindahan
dari mana ? dari Lampung Timur. Oh,,, salam kenalya namaku Kasmir, Namamu
siapa?’ Namakau Hamim’. (nama panggilan kecil). ‘Ok Hamim, semoga betah ya
sekolah ditempat yang sederhana ini.”sambil mengangkukan kepala iya kak”.
Setelah itu ada yang menyapa lagi sama dengan yang tadi. namanya Sugiono, orang
jawa tapi tidak bisa bahasa jawa. Lucu bukan?!
Satu
dua bulan akhirnya betah juga dan mulai bisa berbahasa Melayu dan Bugis walau
bahasnya kaku dan sering di ledek sama mereka teman-teman. Tidak ada yang tau
siapa dan anak siapa saya ini.
Tepat
6 bulan kemudian saya melakukan ujian semesteran dan Alhamdulilah saya mendapat
peringkat yang memuaskan. Alhamdulilah. Tadinya saya tidak punya teman akrab
sama sekali, jika berangkat dan pulang sekolah selalu sendiri, ya maklum orang
jawa yang sangat lugu. Setelah semesteran berubah darastis satu-persatu banyak
yang bermain dan belajar bareng. Keadaan ini saya manfaatkan dengan baik,
otomatis jika banyak teman saya lebih mudah untuk bertanya-tanya tentang bahasa
dan budaya mereka. Tepat dan sangat cocok sekali.
Tak
tersa semesterpun sudah beranjak lagi, Alahmdulilah saya mendapatkan peringkat
dan yang ini lebih memuaskan lagi. Alahmdulilah, Tahank you Allah. Kawan serta
sahabat pun semakin akrab dan banyak. Seperi biasa tujuan untuk belajar serta
mendapatkan kawan baik pun terlaksana, Alhamdulilah. Namun ada bedanya saya dan
adik-adik kelas, jika mereka hanya berteman 1 kelompok paling hanya 2-3 orang,
lain dengan saya 6 0rang (saya, Samsyul Bahri, Irfan Jaya, Sugiono, Manggala, Edi
dan Abdurahman). Kami sangat kompak baik dalam hal belajar main sampai-sampai
bolos Sekolah, hanya untuk berenang di sungai. Dari kekompakan ini akhirnya
seluruh remaja-remaja yang ada di Sungai Lumpur mulai tau dan mengenal saya,
dan teman-teman. Hampir setiap hari kami ngumpul bareng, makan bareng tidur
bareng. Sampi-sampai kami sering keluar malam, hanya sekedar main gitar diatas
kapal hingga larut malam, harus berjalan 1, 5 jam kerumah teman. Segalanya asik
dan baik-baik saja.
Sayapun
dipercaya untuk menjadi ketua Pramuka dan ketua regu. Setelah beberapa kali bertemuan
dan melatih Peramuka adik-adik kelas dan teman-teman sekelas. Nah dari sini
saya mualai dimusuhi oleh seorang teman saya sendiri dan adik kelas saya,
berpostur tinggi besar. Disini saya mulai dikatakan dan diledek-ledek (wong
jawe pacak ape, pacaknye cume makan bae). Saya hanya bisa senyum dan enggan
membalas ejekanya. Entah apa masalahnya saya di musuhi, padahal lumrah dan
wajar cara bergaul saya. Tidak cukup itu saja saya makin kesal dan makin
jengkel karena sering di ejek-ejek (tunggul). Yang memusuhi saya bernama
Syamsul Bahri, Anggi dan Sandra) semuanya cowok loh,,,?
Tepat
pada hari minggu saya menjadi pembimbing mereka untuk mengajarkan Pionering
(tali-temali) atas instruktur Ibu Jolin. Nah disini marah saya meluap dan tidak
tebendungkan lagi. Saya dipepet mereka,. Mereka tidak terima dengan keputusan saya
bahwa mereka melakukan kecurangan. Sayapun di buli dan diledek-ledek serta di
pegang kerah baju saya.
Begitu
mereka melepaskan kerah baju saya, saya langsung ambil kursi plastik dan
langsung saya pukulkan kearah meja. Alhasil kursi tersebut langsung remuk, sembari
saya berkata kalau mau berkelahi satu-satu jangan main keroyok. Sambil keluar
ruangan, dan kelas tersebut langsung menjadi ramai.
Keesokan
harinya saya langsung dipanggil Kepala Sekolah Dan Waka Kesiswaan untuk tanda
tanggan di buku Hitam. Sayapun nurut tanda tangan, sebelum tanda tangan saya
ditanya, mengapa kamu merusak kursi? Saya hanya terdiam. Lalu ditanya lagi
mengapa merusak kursi. Hamim ayo jawab. Langsung saya jawab kronologi kejadian
di TKP. Sambil diam dan tanda tangan, kepala sekolahpun bertanya kepada Sandra,
Anggi dan Samsul Bahri, ‘jawab yang jujur apa benar yang dikatakan Hamim kalian
melakukan kecurangan dan meledek orang jawa bisa apa?’ Jawab ‘mereka benar’.
Kepala sekolahpun langsung menjawab, ‘orang jawa biasa jadi Menteri, bisa jadi Presiden,
dan orang Jawa bisa menjadi apapun yang mereka kehendaki. Apa kau tau sudah
pernahkah orang Melayu dan orang Bugis menjadi presiden RI dan menjabat lebih
dari 5 tahun? Mereka hanya diam, besok-besok tidak usa meledek apalagi
membawa-bawa suku. Paham’.
Setelah
kejadian diatas kami bersalaman dan memafkan dan akhirnya kami menjadi sahabat
sampai sekarang ini.
Pesan
yang ingin saya sampaikan, siapaun orangnya dan apapun suku serta Agamanya janganlah
saling mencela. Jadikanlah perbedaan menjadi pengerat dan persatuan kita,
seperti BEHNIKA TUNGAL IKA.
Salam
sukses buat teman-temanku dan sahabatku Andi Rosdawati Edi Kurniedi, Syamsul
Bahri, Manggala, Irfan Jaya, Sugiono, Abdurahman, Yosep, Kasmir, Sandra,
Rikalasi, Rudianto, Irfan Supuk, Agus Tanlani, Nur Mawaddah, Karmila, Mawaddatang,
Rosdiana, Fitria, Essi Paramita, Andi Sunarti, Husniyanti. Kalian best friend
in sweet memeorries di kota Tiang.
UPT.
Simpang Tiga SP.2, 27 Mei 2014
Komentar
Posting Komentar
askep45.com