BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori
pada BAB III dengan asuhan
keperawatan pada Ny ”S” dengan Congestive heart failure (CHF) yang dilaksanakan selama 3 hari, mulai dari tanggal 16
Juli 2012 sampai dengan 19
Juli 2012 di ruang Bougenvil
4 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito.
Pembahasan meliputi : berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan keperawatan
pada pasien Ny “S” dengan Congestive heart failure (CHF) di ruang Bougenvil 4 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian diagnosa
keperawatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dilengkapi pembahasan
dokumentasi keperawatan.
A.
Pembahasan
Pengkajian
Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis
membandingkan antara teori pengkajian menurut Doengoes (2002) dengan data hasil
pengkajian pada Ny “S” dengan Congestive heart failure (CHF). Untuk memperoleh data
tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga, melakukan
pemeriksaan fisik observasi serta dari mempelajari satus pasien.
1.
Data yang dikaji sesuai dengan Data
dasar pengkajian menurut
Doengoes (2002), pengkajian pada klien dengan
Congestive heart failure (CHF), yaitu meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien dan keluarga, pola kebiasaan sehari-hari. Pada kasus nyata ditemukan
tanda dan gejala yaitu, pasien sesak nafas, pasien mudah lelah dan pasien hanya
beraktivitas di temapat tidur.
130
|
137
|
a.
Data
yang sesuai denga Doengoes (2002) tapi tidak muncul pada pasien Ny “S” adalah keamanan kuit lecet, nyeri/kenyamanan nyeri dada, nyeri abdomen kana. Pada kasus nyata data-data tidak ditemukan.
b.
Data yang
ditemukan pada pasien tapi tidak sesuai dengan pendapat Doengoes (2002) yaitu :
Pasien mengatakan belum b.a.b sejak tanggal 11 Juli 2012 sampai tanggal
16 Juli 2012, pasien mengatakan nyeri ditangan kirinya skala 3 (0-5), nyeri
dirasakan hilang timbul dan nyeri timbul kurang lebih 5 menit dan pasien mengatakan
terpasang kateter sejak tanggal 11 Juli 2012 sampai dengan tanggal 16 Juli
2012.
c.
Pada tahap
pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dikarenakan pasien dan
keluarga cukup kooperatif.
B.
Diagnosa
keperawatan
a.
Dalam penyusunan diagnosa keperawatan
pada kasus ini penulis menggunakan pendapat Doengoes (2002) sebagai dasar untuk
perumusan diagnosis keperawatannya, penulis mengacu pada rumusan diagnosa NANDA
(2009-2011). Menurut Doengoes (2002) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Ny “S” dengan Congestive heart failure (CHF) ada 6 dan penulis juga
menemukan 6 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Ny “S” yaitu 3
diagnosa keperawatan yang sesuai dengan pendapat Doengoes (2002) dan 3 diagnosa
keperawatan tidak sesuai dengan pendapat Dongoes (2002). Diagnosa keperawatan
yang sesuai antara pendapat Doengoes (2002) dengan kasus adalah :
1. Penurunan curah jantung
Menurut NANDA 2009-2011
penurunan curah jantung ketidak adekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penurunan curah jantung terjadi karena penurunan
kontraktilitas mengacu pada perubahan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada pasien Ny “S”. Penulis
mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa penurunan
curah jantung. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada
pasien Ny “S” pasien mengatakan jika aktivitas mudah lelah.
2. Pola
napas tidak efektif
Menurut NANDA 2009-2011pola nafas tidak efektif adalah
inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Diagnosa di
atas sesuai dengan Doengoes (2002). Diagnosa ini muncul karena pada saat
pengkajian tanda-dan gejala pada Ny “S” yaitu pasien mengatakan sesak napas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan tidak seimbang suplai dan kebutuhan oksigen. Menurut NANDA 2009-2011
intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energi pesikologis atau fisiologis
untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus
atau yang ingin dilakukan. Dan diagnosa ini muncul berdasarkan keluhan pasien
yang mengatakan aktivitasnya terbatatas dan penulis mendaptkan data sesuai
dengan pendapat Doengoes (2002).
b.
Diagnosa yang terdapat dalam Doengoes
(2002) namun tidak ditemukan pada pasien Ny “S”
1. Kurang
pengetahuan
Menurut NANDA 2005-2006
kurang pengetahuan adalah tidak ada atu kurang informasi kognitif berhubungan
dengan topik yang spesifik. Pada saat pengkajian pasien dan keluarga tidak
menunjukan adanya kurang pengetahuan. Dikarenakan pasien dan keluarga sudah sering
mendapatkan informasi dari petugas kesehatan lain mengenai Congestive
heart failure
(CHF), sehingga pada saat penulis menanyakan pasien dan keluarga mampu menjawab
dengan benar tanda dan gejala dari penyakit yang di alami pasien.
2. Kelebihan
volume cairan
Menurut NANDA 2005-2006
kelebihan volume cairan yaitu peningkatan retensi cairan isotonik. Pada saat
pengkajian penulis tidak mendapatakn keluhan dan tanda gejala dari kelebihan
volume cairan, seperti ada udem ekstermitas bawah.
3. Kerusakan
pertukaran gas
Pada saat melakukan
pengkajian pada pasien Ny “S”, menurut Brunner & Suddarth (2002) adalah
ketidak mapuan hirup untuk bernafas yang terdiri atas nitrogen (78,62%) dengan
oksigen (20,48%), denga renik karbondioksida (0,04%), uap air (0,05%), helium, argon.
Penulis tidak mendapatkan dat-data dari tanda-tanda kerusakan pertukaran gas,
sehingga penulis tidak bisa memunculkan diagnosa yang sama dengan teori.
c. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada kasus tetapi tidak sesuai pendapat Doengoes (2002)
a. Konstipasi
berhubungan dengan aktivitas visik tidak cukup.
Menurut NANDA 2009-2011 konstipasi
adalah penurunan pada frekuensi normal defaksi yang disertai oleh kesulitan
atau pengeluaran tidak lengkap feses/atau pengeluaran feses yang keras, kering
dan banyak. Pada saat penkajian pasien mengatakan belum b.a.b. setelah
dilakukan pemeriksaan fisik pada abdomen pasien teraba keras. Jadi berdasarkan
data-data yang didapatkan berdasarkan keluhan pasien tersebut penulis
memunculkan diagnosa keperawatan konstipasi. Faktor pendukung pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik pasien mudak untuk diberi penjelasan terkait dengan
pemeriksaan pada abdomen
b. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Menurut NANDA 2009-2011 nyeriakut
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenagkan dan muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (interentional
assosiation for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir dapat diantisipasi atau diprediksi
dengan berlangsung kurang dari 6 bulan. Dari data tersebut dan berdasarkan
keluhan pasien, penulis memunculkan diagnosa nyeri akut, ini karena sesuai
denngan tandadan gejala serta skala nyeri yang pasien rasakan.
c. Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
Menurut NANDA 2009-2011 resiko
infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik. Resiko
infeksi bisa terjadi karena adanya tarauma pada kulit/tusukan yang disengaja
atupun tidak disengaja dan memungkinkan mikroorganisme patologik masuk dan bisa
menjadi infeksi. Pada saat penulis melakukan pengkajian kepasien, penulis
melakukan pengkajian fisik dan observasi, dari tata tersebut yang muncul pasien
mengtakan terpasang kateter dari tanggal 11 Juli 2012 sampai dengan tanggal 19
Juli 2012, dan terpasang IV dari tanggal 16 Juli 2012 sampai dengan tanggal 19
Juli 2012. Sehingga penulis menegakkan diagnosa keperawatan yaitu resiko
infeksi dan sesuai dengan hasil observasi.
Faktor pendukung, saat dilakukan
pengkajian dan observasi pasien dan keluarga kooperatif. Faktir penghambat
tidak ada.
C.
Intervensi/perencanaan
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah
penentuan prioritas masalah. Dalam penetuan prioritas, penulis menetukan
berdasarkan teori Hirarki Maslow dan dan masalah yang mengancam jiwa pasien
diprioritaskan terlebih dahulu. Penetuan prioritas dilakukan karenan tidak
semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada
masing-masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan
lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan tempat/ruangan dan sumberdaya
dari tim kesehatan. Pada penetuan kriterian waktu, penulis juga menetapkan
berdasarkan kondisi pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah
disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai.
Adapaun pembahasan perencanaan kepada pasien Ny “S”
dengan Congestive heart failure (CHF), sesuai prioritas diaknosa keperawatan sebai berikut
:
a.
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan kontraktilitas
Diagnosa ini menjadi
prioritas utama, karena lebih mengancam jiwa serta sesuai denga teori Hirarki
Maslow, pada saat pengkajian tanggal 16 Juli 2012 pasien mengatakan jika
aktivitas mudah lelah. Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24 jam, Cardio Pum Evektiveness dapat tercapai.
Dari diagnoas
keperawatan tesebut, maka rencana tindakan pada pasien Ny “S” Congestive
heart failure
(CHF) dengan pendekatan NANDA
(2009-2011) adalah :
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, tujuan utamanya adalah
Cardio Pulmo Evektiveness, dengan kreteria hasil: tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah : 110/80
mmHg, sampai 120/80mmHg, Nadi : 60-100x/menit, respirasi rate : 18-24x/mrnit).
Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC), perencanannya adalah monitor
frekuensi jantung, monitor TTV, monitor status nutrisi dan lakukan kolaborasi
pemberian obat untuk mempertahankan kontraktilitas jantung dan monitor
frekuensi jantung. Dari perencanaan ada 1 perncanaan yang tidak bisa penulis laksanakan
yaitu memonitor frekuensi jantung.
2. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan, tujuan
utamanya adalah pasien mampu mencapai Respiratory Status: Ventilation,
perencanaan untuk diagnosa ini yang sesuai dan sudah dilakukan serta sesuai
dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC),
yaitu tanda
vital dalam rentan normal ( TD : 120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5 oC,
Nadi : 60-100x/menit, dan semua perencanaan sesuai dengan Nursing
Interventions Classification (NIC)
yaitu: berikan
terapi oksigen sesuai dengan petunjuk dokter, monitor aliran oksigen, tambahkan
air oksigen jika habis, lakukan pengecekan jika oksigen habis dalam tabung,
ganti ohsigen serta tabung oksigen jika habis dan monitor TTV. Dari perencanaan
yang telah di susun semua bisa terlaksana.
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
tujuan utama dari perncanaan diagnosa adalah diharapkan pasien mampu mencapai
Selfe care : ADLS, perencanaan untuk diagnosa ini sesuai dengan Nursing
Interventions Classification (NIC)
dan Nursing
Outcomes Classification (NOC), yaitu kaji adanya faktor kelelahan, observasi
dalam melakukan aktivitas, kaji adanya faktor yang menyebabkan kelemahan, bantu
ADLS pasien, anjurkan pasien untuk istirahat, jaga agar rambut tetap bersih,
monitor kondisi umum pasien dan monitor TTV dari semua perencanan bisa dilakukan.
4. Konstipasi
berhubungan dengan aktivitas fisik tidak ade kuat, tujuan utama dari diagnosa
ini adalah diharapkan pasien mampu mencapai Bowel Eliminatioan mudah
mengeluarkan tinja, perencanaan untuk diagnosa ini sesuai dengan Nursing
Interventions Classification (NIC)
dan Nursing
Outcomes Classification (NOC), Identifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi, kaji kebiasaan pasien menganai
defekasi termasuk waktu, kolaborasi pemberian obat pencahar, klola pemberian
laxadin 1x2 sdm setelah makan dan monitor TTV, diantara perncana-perencanaan tersebut semua bisa
dilakukan.
5. Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri biologis, tujuan utama dari diagnosa ini adalah diharapkan
pasien mampu mencapai Pain Level, perencanaan untuk diagnosa ini sesuai dengan Nursing
Interventions Classification (NIC)
dan Nursing
Outcomes Classification (NOC), yaitu Lakukan pengkajian yeri
secara komperhensip termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktorpresipitas , observasi rekasi non verbal dari ketidaknyamanan,
ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi nafas dalam), ajaurkan untuk
meningkatkan istirahat, kolaborasi pemberian analgetik denga dokter. Dari
perncanaan ada 1 yang tidak bisa dilaksanakan yaitu kolaborasi pemberian
analgetik.
6. Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv (pemasangan infus dan kateter)
tujuan utama dari diagnosa ini adalah diharapkan pasien mampu mencapai Risk
Kontrol, perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan Nursing
Interventions Classification (NIC)
dan Nursing
Outcomes Classification (NOC) yaitu Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan, gunakan handsccon sebelu dan selama tindakan,
monitor dari tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsiles),
lakukan perawatan IV dan kateter tiap 1x24 jam, ganti tusukan IV tiap 3 hari
sekali, lakukan dan ganti kateter tiap 7 hari sekali.
Dalam menyusun
perencanaan pada pasien Ny “S” penulis tidak mengalami hambatan yang berarti.
D.
Implementasi/pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya
disesuaikan dengansusunan perencanaan , dengan maksud agar semua kebutuhan
pasien dapat terpenuhi secara optimal. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
ini, penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat
bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien . dalam
pelaksanaan penulis juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan
kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainya. Dalam hal ini penulis
mengalami faktor penghambat, dokter yang menangani pasien Ny “S” sulit dicari
dan untuk melakukan konsultasi. Faktor pendukung pasien, keluarga dan tim
kesehatan lain mudah untuk dilakukan kerjasama. Dalam hal hubungan baik antara
pasin, keluarga dan tim kesehatan lain memper mudah untuk penyembuhan pasien. Adapun
pembahasan pelaksanaan dari masing-masing diagnosa yang telah tersusun adalah
sebagi berikut :
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Perencanaan dari
diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions
Classification (NIC) dan Nursing
Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).
a.
Independen :
Memonitor TTV, ( TD :
130/90 mmHg), suhu : 36-37,5 oC, Nadi : 60-100x/menit, memonitor
status nutrisi pasien, membatasi aktivitas pasien
b.
Interdependen :
Mengkolaborasikan
pemberian diet rendah garam
c.
Dependen :
Memberikan injeksi
Lasix 20 mg/IV/8 jam.
Ada
1 perencanaan diagnosa yang tidak bisa
dilaksanakan yaitu memonitor frekuensi jantung.
2. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan.
Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing
Interventions Classification (NIC)
dan Nursing
Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).
a.
Independen :
Memonitor aliran
oksigen, menambahkan air oksigen jika habis, melakukan pengecekan jika oksigen
habis dalam tabung, mengganti oksigen serta tabung oksigen jika habis dan
memonitor TTV
b.
Interdependen :
tidak ada
c.
Dependen :
Memberikan terapi
oksigen sesuai dengan petunjuk dokter,. Dari rencana tindakan diatas semua bisa
dilaksanakan.
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing
Interventions Classification (NIC)
dan Nursing
Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).
a.
Independen :
Mengobservasi dalam
melakukan aktivitas, mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelemahan, membantu
ADLS pasien, menganjurkan pasien untuk istirahat, menjaga agar rambut tetap
bersih, monitor kondisi umum pasien dan monitor TTV.
b.
Interdependen :
tidak ada
c.
Dependen :
tidak ada
Ada
1 perencanaan yang tidak bisa penulis laksanakan yaitu mencuci rambut pasien
dan mebantu toileting pasien, pasien mengatakan biar keluarganya yang
memandikan.
4. Konstipasi
berhubungan dengan aktivitas fisik tidak ade kuat. Perencanaan dari diagnosa
prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions
Classification (NIC) dan Nursing
Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).
a.
Independen :
Mengidentifikasi faktor-faktor
yang menyebabkan konstipasi, mengkaji kebiasaan pasien menganai defekasi
termasuk waktu, melakukan
b.
Interdependen :
Tidak ada
c.
Dependen :
Kolaborasi pemberian
obat pencahar, mengelola pemberian laxadin 1x2 sdm setelah makan dan monitor TTV.
Dari
semua perncanaan bisa di implementasikan, pasien mengatakn bisa b.a.b dengan
baik (b.a.b banyak,tidak keras)
5. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologis. Perencanaan dari diagnosa
prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions
Classification (NIC) dan Nursing
Outcomes Classification (NOC). Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).
a.
Independen :
Melakukan pengkajian nyeri
secara komperhensip termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktorpresipitas, mengobservasi rekasi non verbal dari ketidaknyamanan, mengajarkan
teknik non farmakologi (relaksasi nafas dalam), menganjaurkan untuk
meningkatkan istirahat, kolaborasi pemberian analgetik denga dokter, memonitor
TTV.
b.
Interdependen :
Tidak ada
c.
Dependen :
Tidak ada
Dari
perncanaan ada yang tidak dapat penulis implementasikan yaitu kolaborasi
pemberian analgetik, dikarenakan pasien mengalami nyeri tidak lama dan bisa
teratasi.
6. Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv (pemasangan infus dan kateter).
Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing
Interventions Classification (NIC)
dan Nursing
Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).
a.
Independen :
Meakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan, menggunakan handsccon sebelu dan selama tindakan,
memonitor dari tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsiles), melakukan
perawatan IV dan kateter tiap 1x24 jam, ganti tusukan IV tiap 3 hari sekali,
lakukan dan ganti kateter tiap 7 hari sekali dan monitor TTV.
b.
Interdependen :
Tidak ada
c.
Dependen :
Dari perncanaan
tersebut ada 2 perencanaan yang tidak dapat diintervensikan oleh penulis yaitu
ganti tusukan IV tiap 3 hari dan ganti kateter tiap 7 hari, dikarenakan penulis
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien Ny “S” hanya 3x24 jam.
E.
Evaluasi
Pada evaluasi
penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan
klien. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang telah
ditentukan pada tujuan keperawatan. Evaluasi adalah
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya.
(Nursalam, 2008).
Adapun
evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
1.
Diagnosa
keperawatan yang tujuannya tercapai
a. Konstipasi
berhubungan dengan aktivitas fisik tidak ade kuat. Evaluasi terakhir dilakukan
pada hari selasa tanggal 17 Juli 2012 pukul 07:00 WIB, tujuan tercapai dengan
indikator mudah mengeluarkan feses, mengeluarkan feses tanpa bantuan, warna,
bau, lemak feses dalam batas normal dan mempertahankan pengeluaran tinja setiap
1-3 hari tanpa dipkasa. Pasien mengatakan b.a.b tidak keras lagi, tidak sebah,
perut tidak terasa kembung dan pasien b.a.b banyak.
b. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
Evaluasi terakhir
dilakukan pada hari selasa tanggal 17 Juli 2012 pukul 07:30 WIB, tujuan tercapai
dengan indikator Mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang,
mampu mengenali nyeri (skala, frekuensi, intensitas dan durasi) dan menyatakan
nyaman setelah nyeri berkurang skala menjadi 2 (0-5). Dan pada hari selasa 17
Juli 2012, pukul 07:15 WIB pasien mengatakan nyeri sudah hilang.
2. Tujuan
tercapai sebagian
a. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Evaluasi terakhir
dilakukan pada hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00 WIB, sesuai dengan
tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga tujuan tercapai
sebagian dapat dikatakan dengan indikator tanda vital dalam rentan normal ( TD
: 120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5 oC, Nadi : 60-100x/menit
warna kiulit tidak kemerahan dan
lembab dan membatasi aktivitas pasien (aktivitas cukup ditempat tidur)
b. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan.
Evaluasi terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00
WIB, sesuai dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga
tujuan tercapai sebagian dapat dikatakan dengan indikator tanda vital dalam
rentan normal ( TD : 120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5 oC, Nadi :
60-100x/menit dan tidak ada suara nafas
tambahan
c. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Evaluasi terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00
WIB, sesuai dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga
tujuan tercapai sebagian dapat dikatakan dengan indikator mampu beraktivitas di
tempat tidur tanpa bantuan.
d. Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv (pemasangan infus dan kateter).
Evaluasi terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00
WIB, sesuai dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga
tujuan tercapai sebagian dapat dikatakan dengan indikator pasien bebas dari
tanda2 infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsilesa)
3. Masalat
teratasi sebagian
Evaluasi terakhir dilakukan pada
hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00 WIB, tidak ada masalah yang
teratasi sebagian
4. Tujuan
tidak tercapai
Evaluasi terakhir dilakukan pada
hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00 WIB, tidak ada tujuan tidak
tercapai.
F.
Dokumentasi
Penulis melaksanakan asuhan keperawatan dengan meggunakan pendekatan proses
keperawatan pada pasien Ny “S” dalam studi kasus ini penulis telah mendokumentasikan
secara lengkap mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi lembar catatan perkembangan yang ada pada status pasien
dan dengan
dan pada formatyang telah disediakan dari akademik menggunakan model “SOAP”
pada setiap pergantian shift yang berfungsi untuk
komunikasi dengan perawat lainnya. Pendokumentasian dilaksanakan selama proses
keperawatan pada pasien yaitu 3 x 24 jam pada shift pagi, siang , dan malam.
Komentar
Posting Komentar
askep45.com