
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis mencoba untuk melakukan pembahasan tentang asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi keperawatan. Dengan cara membandingkan antara teori yang ada di bab II dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang penulis lakukan seperti yang tercantum dalam bab III.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam yaitu mulai tanggal 08 Mei sampai dengan tanggal 10 Mei 2012 didapatkan hasil pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan. Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. “S” di Ruang Bougenvile 4 IRNA I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
A. Pembahasan Pengkajian
Dari data pengkajian pada Ny. “S” dengan Dispepsia Tipe Ulkus di Ruang Bougenvile 4 IRNA I RSUP Dr. Sardjito yang sesuai dengan teori Doengoes (2000) yaitu:
1. Nyeri/ kenyamanan
Nyeri. Saat dilakukan pengkajian tanggal 08 Mei 2012 jam 09.00 WIB hanya nyeri pada area ulu hatinya saja.
2. Keamanan
Sesuai teori Dongoes (2000) pasien dengan Dispepsia biasanya mendapatkan obat jika mempunyai ulkus, dapat di obati dan akan diberikan Antasida atau sejenisnya, jika mengalami infeksi ( terutama oleh H Pylori ) perlu di deri anti biotik. http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/11/29/sakit-maag-atau-dispepsia-penyakit-menahun-yang-membandel/, diakses pada tanggal 18 Mei 2012, pukul 18:36 WIB.Biasanya pasien mengalami pusing dan jika berjalan merasa ketakutan jika terjatuh di kamar mandi.
Sementara data pengkajian yang tidak ada pada pasien Ny. “S” tetapi ada dalam teori menurut Doenges (2000) yaitu:
1. Aktivitas/istirahat
Data subjek : Masih memerlukan bantuan untuk BAB, BAK, dan kebersihan diri/ personal hygiene. Gelisah dan susah tidur malam hari atau adanya factor yang mempengaruhi tidur, ansietas.
Data objek: Bau badan tidak sedap, mata merah, konjungtiva pucat, BB turun.
Pada kasus yang ditemukan pasien saat melakukan perawatan diri dapat dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Saat istirahat atau tidur pasien tidak mengalami gangguan selama tidurnya.
2. Makanan/ cairan
Dari Teori Dongoes (2000) Data Subjektif, klien mengatakan nafsu makan menurun karena mual. Tetapi pada kassus pasien Dispepsia ini mengalami mual, muntah dan nafsu makan cendrung agak menurun.
3. Integritas Ego
Data subjek :Stress konstan (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) menunda mencari pengobatan. Stress/takut tentang kekambuhan dan harapan yang akan datang cemas dan perasaan tak berdaya.
Dari pengkajian penulis mendapatkan data bahwa pasien tidak mengalami depresi. Pasien juga mengatakan tidak minder dengan penyakit serta keluhanya saat ini, serta menjalaninya denga ikhlas. Klien mengatakan dapat menerima keadaan dan kondisinya saat ini. Seperti dalam teori Doengoes (2000), keyakinan religius/spiritual merupakan cara mengatasi stress.
3. Seksualitas
Selama sakit pasien tidak memikirkan hal-hal yang mengarah pada seksual. Apa lagi sekarang pasien mengatakan sudah tua dan sudah berusia 65 tahun, jadi hanya memikirkan tentang kesembuhan serta cara bagaiman membayar biaya perawatanya di rumah sakit.
B. Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Dalam teori NANDA (2009-2011) ada empat diagnosa yang mungkin muncul pada pasien . Dispepsia Tipe Ulkus Sedangkan diagnosa yang muncul pada kasus nyata ada empat diagnosa keperawatan. Penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan pada pasien Ny “S” yang sesuai dengan teori.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny ”S” dengan dispepsia tipe ulkus berdasarkan dengan pendekatan NANDA (2009-2011) adalah :
1) Pola nafas tidak efektif.
Pola nafas tidak efektif adalah suatu pola pernapasan yang sangat vital dalam kehidupan sehari- hari yang cukup untuk memenuhi tujuan terkait pernapfasan yang adekuat.
Pada pasien dengan pola nafas tidak efektif pasien sangat tersiksa karena merasa tercekik dan berasa cepat letih sehingga pasien harus istirahan dan membatasi rung serta gerak dalam keseharian.
Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011) karena memenuhi batasan karakteristik yang tertera di teori yakni:
penurunan tekanan inspiratif atau ekspiratif Mengekpresikan keinginan untuk menagani penyakit( mis; pengobatan, pencegahan)
Diagnosa ini muncul pada Ny ”S” dikarenakan data yang menunjang yakni dengan data subjekttif pasien mengatakan sesak napas dan sangat menyiksa. Dan dengan data objektif : pasien terpasang O2 3l/mit, RR : 27X/mit, pernafasan dangkal, pasien tampak kembang kempis sesak napas.
2) Nyeri akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Nyeri akut karena pasien meraskan nyeri pada area ulu hati pasien. Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011) karena memenuhi batasan karakteristik yang tertera di teori yakni: Perubahan tekanan darah, mengekspresikan perilaku gelisah, melaporkan nyeri secara verbal, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
Diagnosa ini muncul pada Ny ”S” dikarenakan data yang menunjang yakni dengan data subjekttif : pasien mengatakan ulu hati skala nyeri 5 (0-5). Dan dengan data subyektif : Pasien mengatakan nyeri ulu hati skala 5(0-5) muncul 1 jam sekitar 5x. Data onyektif : pasien tampak mengeluh kesakitan s: 5(0-5)dan M :Ketrolak 30 mg/1ml/IV.
3) Resiko kekuragan volume cairan pengalaman atau kejadian yang mengarah pada resiko kekurangan volume cairan dan jika tidak segera di tangani bisa menyebabkan dehidrasi. Dari tanda dan gejala resiko kekurangan volume cairan diperoleh data subyektis pasien mengatakan mual & muntah 3x, sebanyak ±300cc dan data obyektif menunjukan tampak pasien muntah2, muntah cairan dan bercampur amaps sesuai dengan yang di makan ( darah -), M : injeksi ondansetron 8 mg/IV. Diagnosa ini di ambil dari NANDA (2009-2011).
4) Resiko infeksi suatu keadaan yang mengarah pada resiko infeksi, dan resiko ini bisa karena tindakan invasif (luka sayatan atupun tusukan yang di sengaja ) tindakan invasif tidak diperoleh data subjektif, sedangkan data objektif pasien terpasang infus, DC & O2 3L/mM: injeksi ceftriaxone 1 gr/IV diagnosa resiko infeksi ini di ambil dan mengunakan pendekatan mengunakan NANDA (2009-2011).
C. Perencanaan
Setelah dilakukan perumusan diagnosa, tahap selanjutnya menyusun rencana keperawatan meliputi : rencana tujuan, rencana keperawatan beserta rasionalnya. Tahap rencana keperawatan yang telah penulis susun telah diprioritaskan menurut kegawat daruratan. Di dalam perencanaan ini penetapan tujuan dan kriteria waktu pada masing–masing diagnosa telah disesuaikan dengan respon pasien sarana prasarana.
Rencana keperawatan menurut NANDA 2009-2011 dengan kasus ada sebagian sesuai tetapi ada beberapa rencana yang dimodifikasi/tambahan yaitu :NANDA (2009-2011).NANDA (2009-2011).
1. Diagnosa ini menjadi prioritas pertama kegawatan pada pasien pola napas tidak efektif Apabila tidak segera ditangani maka akan menggangu aktivitas maupun kenyamanan pasien. Penulis menetapkan waktu 3x24 jam dengan tujuan pasien terbebas dari sesak nafas. Disini penulis merencanakan beberapa tindakan yang sesuai dengan NIC dan NOC yaitu: Polah napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspiratif atau ekspiratif ditandai dengan pasien mengatakan sesak nafas, dan pasien tamapk terpasang oksigen 3 liter per menit, aliran oksigen lancar. Denga tujuan Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips), Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal), Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Berikan oksigen kanul nasal, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan, Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan, Monitor respirasi dan status O2, Monitor vital sign dan Monitor aliran oksigen
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidra biologis: Diagnosa ini menjadi prioritas kedua karena kebutuhan rasa aman nyaman merupakan kebutuhan kedua dalam “Hierarki Maslow”. Apabila tidak segera ditangani maka akan menggangu aktivitas maupun kenyamanan pasien. Penulis menetapkan waktu 3x24 jam dengan tujuan nyeri berkurang dengan kriteria hasil skala nyeri 0(0-5). Disini penulis merencanakan beberapa tindakan yang sesuai dengan NOC dan NIC yaitu: mengkaji tingkat nyeri secara komprehensif, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, atur posisi senyaman mungkin, kelola obat analgetik. Perencanaan yang dimodifikasi yaitu menciptakan lingkungan yang nyaman, karena dengan memberikan lingkungan yang nyaman dapat mengalihkan perhatian klien.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan ( muntah ) ditandai dengan klien mengatakan mual muntah, pasien mengatakan muntah 3 kali, sebanyak kurang lebih 300cc dalam 3 kali muntah, pasien tampak muntah, muntahan cairan bercampur ampas ( seperti yang dimakanya, darah (-) Diagnosa ini menjadi diagnosa yang ketiga karena klien terjadi mual ataupun muntah, dan TTV dalam rentang normalukur TTV, dan kolaborasi akan pemberian obat ondan setron 8 mg/iv. Rencana yang ditetapkan secara umum sesuai dengan teori NIC dan NOC.).
Tujuan Melaporkan bebas dari mual dan muntah, Mengidentifikasi hal-hal yang mengurangi mual muntah, Tidak terjadi tanda-tanda kekurangan volume cairan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pemasangan infasif ( infus, kateter dan oksigen ) ditandai dengan klien tampak terpasang infus kateter dan oksigen 3 liter per menit. Terapi injeksi Ceftriaxone 1 gram/IV
Diagnosa ini menjadi prioritas keempat karena dalam “Hierarki Maslow” termasuk dalam aktualisasi diri. Penulis menetapkan waktu 3x24 jam dengan tujuan pasien dapat menunjukkan perilaku meningkatkan yang berhubungan dengan infeksi, intervensi yang direncanakan menurut NIC dan NOC dan mengacu pada keadaan pasien. tujuan, Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, Jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat dan Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Factor penghambat :Keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan penulis.
D. Pelaksanaan
Implementasi asuhan keperawatan dalam kasus ini penulis melibatkan psien, keluarga dan perawat. Pelaksanaan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat dan dikembangkan sesuai dengan kondisi pasien. Dan rencana yansg telah ditentukan tidak semua dapat dilakukan karena untuk kolaborasi harus dengan menunggu keputusan dari dokter. Pelaksanaan dari setiap diagnosa keperawatan yaitu:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
a. Independen (mandiri): memberikan dan memposisikan pasien semi foler
b. Interdependen (kolaborasi): pemerian O2 3l/menit
c. Dependen (rujukan): -
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidra biologis
a. Independen (mandiri): Mengkaji tingkat nyeri secara komprehensif, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, mengatur posisi klien senyaman mungkin.
b. Interdependen (kolaborasi): Mengelola pemberian obat metformin 500 mg.
c. Dependen (rujukan): -
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan ( muntah )
a. Independen (mandiri): Jelaskan untuk menggunakan napas dalam untuk menkan refleksi mual
b. Interdependen (kolaborasi): pemberian ondan setron 8mg/iv
c. pembeDependen (rujukan): -
4. resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif ( pemasngan infus, DC dan O2 )
a. Independen (mandiri):
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
e. Interdependen (kolaborasi): Mengelola pemberian obat anti biotik:
1) Ceftriaxone 1grm/iv.
f. Dependen (rujukan): -
E Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. (Nursalam, 2001).
Penulis akan membahas evaluasi untuk implementasi keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk masing-masing diagnosa keperawatan.
Evaluasi pada pasien dengan dispepsia tipe ulkus ini menggunakan dua macam evaluasi hasil dan evaluasi proses. Evaluasi proses dilakukan setelah melakukan tindakan dengan menilai respon pasien setelah tindakan evaluasi hasil yaitu membandingkan antara tujuan dengan kriteria.
Evaluasi dari 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny ‘S‘ 2 diagnosa tersebut teratasi:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi hasilnya adalah tujuan tercapai sebagian dan evaluasi pada hari kamis, 10 Mei 2012 jam 10.00 WIB pasien masih pasien masih sesak nafas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidra biologis hasilnya adalah tujuan teratasi dan dievaluasi pada hari Rabu, 09 Mei 2012 jam 08:00 WIB pasien mengatakan nyeri berkurang menjadi 3 (0-5).
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan ( muntah ) , evaluasi hasil pada tanggal hari kamis, 10 Mei 2012 jam 10:30 WIB yang didapat adalah masalah teratasi sebagian. Pasien mengatakan merasa mual.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus, DC &O2, evaluasi hasil yang didapat hari kamis, 10 Mei 2012 jam 10:35 WIB adalah masalah teratasi sebagian.
F. Dokumentasi
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bukti yang telah dibuat berdasarkan apa yang sesungguhnya dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan dispepsia tipe ulkus.
Dalam sistem perencanaan dokumentasi keperawatan pada pasien, penulis menggunakan tipe Problem Oriented Record (POR) yang terdiri dari data dasar, daftar masalah, rumusan diagnosa, pelaksanaan dan evaluasi serta catatan perkembangan dengan menggunakan SOAPIE. Dan setiap pendokumentasian penulis mencantumkan nama terang, tanda tangan, jam dan tanggal. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengulangan tindakan, mencegah hilangnya informasi, serta sebagai pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan penulis.
Faktor pendukung yang sangat dirasakan penulis adalah tersedianya format pendokumentasian di ruangan dan format pendokumentasian dari institusi.
Faktor penghambat: Pendokumentasian dokter sulit untuk dibaca/kurang jelas sehingga membuat penulis kesulitan untuk membuat dokumentasi secara tepat.
Komentar
Posting Komentar
askep45.com