SIK ANALISIS JURNAL
KADAR PM 10 RUMAH SEBAGAI FAKTOR RUMAH SEHAT
Oleh : Ari Budiati Sri Hidayati
Peneliti : Rachmadhi Purwana
Publikasi : Dexa Media, Majalah Kedokteran Dan Farmasi, No.3 Vol 16,Juli- September 2003
Pendahuluan :
- Indikator rumah sehat berfungsi menjadi pedoman kesehatan yang terkait dengan bangunan fisik rumah yang ditentukan oleh struktur rumah seperti luas lubang ventilasi, luas kamar, kelengkapan ruang tamu,dapur, kamar tidur, dan pencahayaan alam.
- Kira-kira 16 jam dalam sehari orang berada didalam rumah sehingga kemungkinan resiko terpapar pencemaran udara rumah lebih banyak.
- Partikulat yang berukuran 10 µm dan yang kurang dari 10 µm mudah masuk kedalam saluran pernafasan bawah dan berkaitan dengan penyakit saluran pernafasan.
- Di dalam rumah tinggal partikulat bisa mencapai angka yang tinggi.
- Anak balita diasumsikan lebih banyak berada dirumah dan sekitarnya sehingga kemungkinan terpapar udara rumah lebih dari pada orang dewasa.
- Wilayah Kelurahan Pekojan merupakan daerah padat dengan tingkat kepadatan penduduk tiga kali Jakarta.
Tujuan :
Penelitian dirancang untuk mengetahui :
- Apakah faktor fisik rumah mempengaruhi variasi kadar PM 10 dan faktor apa yang paling dominan.
- Berapa kadar PM 10 yang beresiko menimbulkan gangguan pernafasan.
Metodologi Penelitian :
Jenis Penelitian : Non Experimen, dengan rancangan Cross Sectional
Populasi : 204 rumah yang ada di Kelurahan Pekojan Kecamatan Tambora Jakarta Utara.
Sampel : 263 orang balita yang tidak sedang sakit.
Teknik Pengambilan data :
- Dilakukan pengukuran faktor fisik rumah dan karakteristik penghuni pada rumah yang di tunjuk.
- Dilakukan wawancara pada ibu balita dengan pedoman wawancara.
- Diserahkan formulir kepada ibu balita untuk di isi tentang pemantauan adanya gejala gangguan pernafasan selama dua minggu.
- Dilakukan pengukuran kadar partikulat pada rumah yang dijadikan sampel dengan alat portable HAZ-Dust Sampler TM 10 µm Particulate Monitor.
Analisa Data :
Data di analisis dengan Analisa Regresi Logistik.
Hasil Penelitian :
- Rata- rata dalam setiap rumah dihuni oleh 6-7 orang dan 24,0 % anak balita tinggal dalam rumah berukuran kurang dari 16 m².
- Bentangan kadar PM 10 berkisar antara 10 µg/m³ dan 450 µg/m³, 106 balita tinggal dalam kadar PM 10 lebih dari 70 µg/m³ dan 157 anak balita tinggal dalam rumah dengan kadar PM 10 70 µg/m³ atau kurang.
- Selama 2 minggu didapatkan 52, % anak yang semula sehat menunjukkan gejala gangguan pernafasan.
- Rumah dengan kadar PM 10 lebih dari 70 µg/m³ lebih beresiko menimbulkan gangguan pernafasan.
- Peningkatan kadar PM 10 rumah terkait dengan adanya orang yang merokok dalam rumah.
- Jumlah anak balita yang tinggal dengan perokok 79,5 % dan 70 % dengan ayah perokok.
- Setiap batang rokok yang dikonsumsi memberikan kontribusi kenaikan antara 2,6 µg/m³ sampai 3,9 µg/m³.
- Faktor fisik rumah tidak mempengaruhi variasi kadar PM 10 rumah, sebaliknya terbukti bahwa kadar PM 10 rumah terkait dengan timbulnya gangguan pernafasan anak balita dan jumlah konsumsi rokok oleh penghuni rumah.
Pembahasan :
Perbedaan kadar PM 10 rumah dalam rumah tinggal beresiko menimbulkan gangguan kesehatan. Walaupun penyakit saluran pernafasan merupakan penyakit yang penyebabnya multifaktorial, dalam penelitian ini terbukti bahwa kadar PM 10 yang melampaui 70 µg/m³ merupakan faktor resiko terjadinya gejala batuk pilek baik yang disertai demam maupun tidak. Biarpu kelembapan rumah juga merupakan faktor resiko batuk pilek pada anak balita ,perannya lebih sedikit dibandingkan peran PM 10 rumah, ini terlihat dari nilai faktor kelembapan yang lebih kecil dari pada faktor kadar PM 10 rumah.
Berdasarkan sebuah penelitian, WHO memberikan nilai pedoman untuk kadar partikulat dalam bangunan sebesar 70 µg/m³ dan ASHRAE menetapkan nilai pedoman partikulat dalam bangunan untuk rumah tinggal dan non industri sebesar 75 µg/m³. Sehingga temuan penelitian di kelurahan Pekojan ini memperkuat nilai pedoman yang diberikan WHO.
Di samping itu peningkatan odds Ratio resiko anak terkena batuk pilek menunjukkan hubungan dosis respon dengan peningkatan kadar PM 10 rumah.
Selain itu variabilitas partikulat rumah terkait dengan variabilitas merokok bapak. Kebiasaan merokok seseorang tidak akan berubah secara bermakna setiap hari, Oleh karena itu kadar PM 10 rumah yang di ukur hanya sekali dalam penelitian ini bisa diperlakukan sebagai kadar PM 10 rumah setiap hari selama 2 minggu mengingat kadar PM 10 rumah hanya dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dikonsumsi.
Variabilitas kadar partikulat yang tidak terkait dengan variabilitas faktor-faktor fisik rumah mengindikasikan bahwa kadar partkulat rumah tidak dipengaruhi oleh keadaan fisik rumah. Hal ini terbukti dari keadaan perumahan yang padat di tempat penelitian sehingga berakibat ventilasi rumah tidak di dukung oleh faktor fisik rumah. Untuk mengetahui keefektifan ventilasi rumah dapat diukur dengan Fan Pressurization, Tracer Gas Technicues atau The Stack Effect.
Kesimpulan :
- Kadar PM 10 rumah pada batas 70 µg/m³ dapat menjadi indikator kesehatan rumah.
- Timbulnya gangguan pernafasan pada anak balita terkait dengan peningkatan kadar PM 10 rumah . Kadar PM 10 rumah lebih dari 70 µg/m³ merupakan resiko untuk timbulnya ganggauan pernafasan.
- Peningkatan kadar PM 10 rumah berkaitan dengan jumlah konsumsi rokok dalam rumah tanpa dipengaruhi keadaan fisik rumah.
- Kadar PM 10 rumah tidak memberikan gambaran tentang keadaan fisik rumah tetapi menggambarkan efek yang timbul akibat sumber – sumber pencemaran udara dalam rumah.
Pembahasan dan Implikasi Keperawatan :
- Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kadar PM 10 rumah tidak memberikan gambaran tentang keadaan fisik rumah tetapi menggambarkan efek yang timbul akibat sumber – sumber pencemaran udara dalam rumah.
- Perawat keluarga dan kader kesehatan mampu mengkaji faktor resiko yang dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan misalnya pada keluarga dengan ayah seorang perokok agar dapat segera menentukan intervensi pencegahan yang paling sederhana misal mengalihkan perhatian perokok dengan menganjurkan kebiasaan merokoknya dengan selingan makan permen atau mengurangi frekuensi merokoknya sampai berhenti sama sekali.
- Perawat keluarga mampu bekerjasama dengan keluarga atau kader kesehatan untuk menganjurkan kegiatan olah raga atau kegiatan lain untuk masing – masing kelompok umur yang mempunyai kebiasaan merokok dan membiasakan hidup sehat.
- Perawat keluarga dan kader kesehatan sebaiknya menjadi role model dan benar – benar bisa menjadi contoh dalam masyarakat , agar mereka disiplin untuk bisa mengurangi atau berhenti sama sekali dari kebiasaan merokoknya dan berperilaku hidup sehat.
- Petugas kesehatan dalam hal ini perawat keluarga dan kader kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mengurangi atau berhenti sama sekali dari kebiasaan merokoknya, olah raga teratur sesuai tingkatan umur, makan dengan gizi seimbang serta menjaga kebersihan diri, rumah maupun lingkungan
Komentar
Posting Komentar
askep45.com