HEPATITIS VIRUS
( GANGGUAN HATI )
A. Pengertian
Heptitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosisi dan inflamansi pada sel-sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena sangat mudah untuk ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderita absen dari sekolah atau pekerjaanya untuk waktu yang lama. 40-90% dari kasus-kasue hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di Amerika Serikat telah memiliki anti biodi terhadap virus hepatitis A banyak orang yang tidak dapat mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis.
B. Macam-macam hepatitis
Sampai saat ini sudah teridentifikasi 5 tipe hepatitis virus yang pasti : hepatitis A, B, C, D dan E
1. Hepatitis virus A
Hepatitis A yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa yang disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus. Cara penularan penyakit ini adalah melalui jarur fekal-oral, terutama lewat konsumsi makanan atau minuman yang tercampur virus tersebut. Virus hepatitis A ditemukan di dalam tinja pasien yang memgalami infeksi sebelum gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit. Secara khas, seseorang penderita dewasa muda akan terjangkit infeksi ini di lingkungan sekolah, tempat kerja, kampus dan pergaulan yang melakukan arisan gelas atau alat-alat makan yang digunakan secara bersama-sama dengan penderita hepatitis sehingga menular dan menularlah keseluruh anggota keluarga kita. Hepatitis A biasanya terjadi dan lebih pervalen di negara-negara berkembang atau pada populasi yang tinggalnya berdesak-desakan dengan sanitasi yang buruk. Penjaja makanan yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit ini dan masyarakat dapat terjangkit melalui konsumsi air atau ikan dari sungai yang tercemar limbah. Wabah hepatitis A dapat terjadi pada pusat-pusat kesehatan dan panti akibat kurangnya kebersihan perorangan. Kadang-kadang penyakit ini di tularkan melalui tranfusi darah.
Masa inkubasi hepatitis A diperukan berkisar 1 sampai 7 minggu dengan rata-rata 30 hari.perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 hingga 8 minggu. Umumnya hepatitis A berlangsung lebih lama dan lebih berat pada penderita yang berusia 40 tahun. Virus hepatitis A hanya berlangsung singkat didalam serum padasaat timbul ikterus, kemungkinan pasien sudah tidak infeksius lagi.
2. Hepatitis virus B
1. Komponen
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel antigen berikut ini :
HBcAg-- antigen inti (core) hepatitis B (material antigen terdapat di inti sebelah dalam atau inner core)
HBsAG—antigen permukaan (surface) hepatitis B (material antigen pada permukaan HBV)
HBeAg- perotein independen yang beredar dalam darah
HBxAg- produk genetik dari gen X pada HBV / DNA.
Seteiap antigen menimbulkan antibodi spesifikasinya :
Anti-HBc –antibodi terhadap antigen ini atau HBV, anti-HBc akan bertahan selama fase akut, dapat menujukan verius hepatitis B yang berlanjut dalam hati.
Anti-HBs- antibodi terhadap permukaan tertentu pada HBV, terdeteksi selama fase konvalensi lanjut, biasanya menunjukan pemulihan dan pembentukan imuitas.
Anti-HBe-antibodi terhadap antigen e hepatitis B, biasanya menyatakan penurunan infektivitas
Anti-HBxAg- antibodi terhadap antigen x hepatitis B, dapat menunjukkan replikasi HBV yang tenggah berlangsung.
HBsAg muncul dalam sirkulasi darah pada 80% hingga 90% pasien yang terinfeksi 1 hingga 10 minggu setelah kontak dengan HBV dan 2 hingga 8 minggu sebelum muncul gejala atau meningkatnya kadar transferse (transaminase). Orang-orang dengan HBsAg yang bertahan selama 6 bulan atau lebih sudah mengalami infeksi akut dinyatakan sebagi karier HBsAg.
HBeAg merupakan antigen HBV yang muncul berikutnya dalam serum. Biasanya antigen ini timbul dalam waktu 1 minggu setelah muncul HBsAg dan sebelum terjadinya perubahan kadar aminotransferase untuk kemudian menghilang dari serum dalam waktu 2 minggu. DNA HBV, yang terdeteksi lewat pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR, polymerase chin reaction), muncul dalam serum pada saat yang kurang lebih sama seperti HBeAg. HBcAg tidak selalu terdeteksi dalam serum dalam infeksi HBV.
Sekitar 15% dari orang-orang dewasa di Amerika menunjukkan hasil pemeriksaan anti-HBs yang positif, yang menunjukkan bahwa mereka pernah menderita hepatitis B. Anti-HBs positif pada 2/3 dari para pemakai obat bius intravena.
2. Perjalanan penyakit dan faktor resiko
Berbeda dengan hepatitis A yang terutama ditularkan lewat jalur fekal-oral, hepatitis B turutama ditularkan melalui darah (jalur perkutan dan permukosaan). Virus tersebut pernah ditemukan dalam darah, saliva, semen serta vagina dan dapat ditularkan lewat membran mukosa serta luka pada kulit.
Hepatitis B memiliki masa inkubasi yang lebih panjang. Virus hepatitis B mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama dalam periode yang cukup lama sehingga memungkinkan untuk penularan virus tersebut. Dengan demikian, individu yang beresiko untuk terkena hepatitis B adalah para dokter bedah, pekerja laboratorium klinik, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik. Staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi dan laki-laki biseksual dan homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemakai obat-obatan intra vena juga beresiko tinggi. Skrining HBcAg pada donor darah sangat menurunkan insiden hepatitis B juga beresiko tinggi.
3. Manifestasi klinis
Secara klinis penyakit ini menyerupai hepatitis A. Namun, masa inkubasinya jauh lebih lama (yaitu antara 1 da 6 bulan). Angka mortalitasnya cukup besar berkisar dari 1% hingga 10%.
Gejala dan tanda-tanda hepatitis B dapat samar dan bervareasi. Panas dan gejala pada pernafasan jarang dijumpai, sehingga pasien mungkin mengeluhkan artralgia dan ruam. Pasien hepatitis B dapat mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal yang menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Gejala ikterus dapat terlihat atau kadang-kadang tidak tampak. Apabila terjadi ikterus, gejala ini akan disertai dengan tinja yang berwarna cerah dan urine yang berwarna gelap. Hati penderita hepatitis B mungkin terasa nyeri jika ditekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12 hingga 14 cm. Limpa membesar dan pada sebagian kecil pasien dapat diraba, kelenjar limfe servikal posterior juga dapat membesar.
4. Pertimbangan gerontologi
Pasien yang berusia lanjut dan terkena hepatitis B akan beresiko akan terjadinya nekrosis hati yang berat atau kegagalan hati fulaminan, khususnya bila pasien tersebut menderita sakit yang lama. Pasien akan mengalami sakit yang serius dan perognosisnya jelek.
5. Prognisis
Mortalitas penyakit hepatitis B pernah dilaporkan setinggi 10%. Dari penderita yang 10% ini hepatitis B akan berkembang menjadi status karier atau mengalami hepatitis kronis. Hepatitis B tetap menjadi penyebab utama sirosis dan karsinoma hepatoseluler di seluruh dunia.
6. Pengendalian dan pencegahan
Tujuan pencegahan yaitu :
1. Memutuskan rantai penularan
2. Melindungi individu yang mempunyai resiko tinggi melalui imunisasi aktif vaksin hepatitis B
3. Imunisasi pasif bagi individu yang tidak terlindung namun terpajan virus hepatitis B
7. Pencegahan penularan
Skrining yang kontunu akan adanya HBsAg terhadap donor darah akan mengurangi lebih lanjut resiko penularan melalui tranfusi darah. Pengunaan spuit, jarum suntik serta laser sekali pakai dan pengenalan sistem pemberian penyakit tersebut dari pasien yang satu kepasien yang lain. Selama pengumpulan sempel darah atau pelaksanaan terapi parenteral. Peraktik-praktik higiene perogram yang baik merupakan landasan dari pengendalaian infeksi. Dalam ruang laboratoruim klinik, tempat kerja harus didesinfeksi setiap hari. Sarung tangan harus dikenakan ketika menangani sampel darah dan cairan tubuh selai spesemen HBsAg yang positif atau jika terdapat kemungkinan terkena darah (pengambilan darah) atau sekret pasien hepatitis B. Larangan makan dan merokok harus dipatuhi dalam ruangan laboratorium dan temapt-tempat lain yang terkena sekret, darah atau peroduk darah pasien.
8. Imunisasi aktif vaksin hepatitis B
Imunisasi aktif dianjurkan bagi individu yang beresiko tinggi untuk terkena hepatitis B (misalanya,petugas kesehatan, pasien hemodialisis). Vaksin hepatitis B rekombinan-ragi (rekombivax HB) digunakan untuk menghasilkan imunaktif. Peroteksi yang dihasilakan oleh vaksin hepatitis B dapat berlangsung selama 5 hingga 7 tahun, pemeriksaan kadar anti-HBs dianjurkan setiap tahun untuk menentukan apakah diperlukan imunisasi ulang atau booster.
Vaksin hepatitis B yang dibuat dari plasma manusia yang menderita infeksi kronis HBV hanya kadang-kadang digunakan pada pasien yang menderita defisiensi kekebalan atauyang alergi terhadap vaksin rekombinan-ragi.
Kedua bentuk vksin hepatitis B tersebut diberikan tiga kali, pemberian kedua dan ketiga dilakukan 1 dan 6 bulan setelah pemberian pertama. Pemberian ketiga sangat penting untuk menghasilkan imunitas yang lama. Untuk orang dewasa, vaksinasi pemberian hepatitis B harus diberikan di otot deltoidus karena pemberian pada daerah gluteus dapat menghasilkan respon suboptimal.
a. Individu yang mempunyai resiko tinggi
Tenaga kesehatan yang sering terpajan darah, produk darah, atau cairan tubuh lainya. Staf hemodialisis, perawat onkologi atau kemoterapi, seluruh tenahga kesehatan yang sering berhubungan dengan jarum suntik, staf kamar operasi, ahli terapi pernafasan, dokter bedah, dokter gigi, pasien hemodialisia, peria homoseksual atau biseksual yang aktif melakukan hubungan seksual, pemakaian obat-obatan intravena, individu yang melakukan kontak langsung dengan karier HBV, individu yang bepergian kedaerah yang kondisi sanitasinya buruk, heretoseksual dengan pasangan seksual lebih dari satu dan penerima produk darah (misalnya konsentrat faktor pembeku darah).
Petugas kesehatan yang sering terkena darah harus menjalani pemeriksaan sekrining anti-HBs untuk menentukan apakah sudah terdapat imunitas dari kontak sebelumnya dengan HBV. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa penelitian tersebut menghasilkan peroteksi terhadap hepatitis A atau C. Efeksamping imunisasi sangat jarang dijumpai. Rasa akit dan kemerahan pada tempat suntikan merupakan keluhan yang paling sering muncul sesudah penyuntikan.
9. Imunisasi pasif imun globulin hepatitis B
Pereparat imunoglobulin hepatitis B (HBIG, hepatitis B imune globulin) memberikan imunitas pasif terhadap hepatitis B, dan indikasi pemberian pereparat ini adalah orang-orang yang telah terpajan HBV tetapi belum pernah menderita hepatitis B dan belum pernah mendapatkan vaksin hepatitis B.
Indikasi khusus untuk vaksinasi pasca-pajanan dengan HBIG mencakup :
a. Pajaan atau kontak tidak disengaja dengan darah HBsAg positif melalui jalur transmukosa (terkena darah dimemberan mukosa) atau perkutan (tertusuk jarum suntik yang tercemar darah)
b. Hubungan seksual dengan individu yang positif HBsAg
c. Pajaan perinatal
HBIG, yang memberikan imunitas pasif, dibuat dari plasma yang diseleksi dengan titer anti-HBs yang tinggi. Selaki lagi tidak terdapat bukti yang menunjukan bahwa infeksi HIV dapat ditilarkan melalui HBIG. Imunisasi segera dengan HBIG, yaitu dalam waktu beberapa jam hingga beberapa hari setelah terpajan hepatitis B, akan meningkatkan kemungkinan proteksi.
Imunisasi aktif maupun pasif direkomendasikan untuk individu yang terpajan hepatitis B lewat hubungan seksual atau lewat jalur transmukosa atau perkuta. Jika HBIG dan vaksin hepatitis B diberikan secara bersamaan, lokasi penyuntikan dan spuit untuk pemberianya harus terpisah.
3. Hepatitis virus C
Perbandinagn kasus hepatitis virus yang signifikan bukan merupakan hepatitis A, hepatitis B ataupun hepatitis D, sebagi akibatnya, kasus-kasus itu diklafikasikan sebagai hepatitis C (yang dahulunya disebut hepatitis non-A non-B atau hepatitis NANB). Agen lain, yang berbeda dan tidak berhubungan dengan virus hepatitis C, diperkirakan sebagai penyebab sebagian kasus “hepatits non-A non-B” yang berkaitan dengan tranfusi darah. Di Amerika Serikat, lebih dari 90% kasus terjadi akibat tranfusi darah, dan hepatitis C merupakan bentuk perimer hepatitis yang berkaitan dengan tranfusi.
Orang-orang dengan resilo khusus untuk terkena hepatitis C merupakan anak-anak yang sering mendapatkan tranfusi atau individu yang memerlukan darah dalam jumlah besar. Hepetitis lebih besar kemungkinanya untuk ditularkan dari donor komersial atau donor bayaran ketimbang donor relawan. Hepatitis C bukan hanya terjadi pada pasien-pasien pasca tranfusi dan diantara para pemakai obat-obatan intra vena, tetapi juga pada petugas kesahatan yang berkerja dalam unit-unit dialisis renal.
Inkubasi hepatitis C bervariasi dan dapat berkisar antara 15 hingga 160 hari. Perjalanan klinis hepatitis C yang akut serupa dengan hepatitis B, gejala hepatitis C biasanya ringan. Meskipun demikian, status karier yang kronis sering terjadi dan terdapat peningkatan resiko untuk menderita penyakit hati yang kronis sesudah hepatitis C, termasuk sirosis atau kenker hati. Terapi interferondosis rendah untuk jangka waktu yang lama terbukti efektif dalam sejumlah uji coba pendahuluan pada beberapa penderita hepatitis C. Walapun begitu, respon tersebut hanya berifat sementara. Kombinasi preparat interferon dengan ribavirin, suatu analog nukleusida, kini tangah diuji untuk menentukan apakah terdapat manfaat yang lebih lama (Friend & Hoofnagle, 1995)
Pemeriksaan skrining hepatitis C pada darah yang akan digunakan untuk tranfusi telah mengurangi jumlah kasus hepatitis yang berkaitan dengan tranfusi.
4. Hepatitis virus D
Hepatitis D (agens atau antivirus delta) terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena virus ini memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko terkena hepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya HBAg pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Hepatitis D juga sering dijumpai diantara para pemakai obat-obatan intravena, pasien-pasien hemodialisis dan penerima tranfusi darah dengan donor multipel. Hubungan seksual dengan penderita hepatitis B dianggap sebagai suatu cara penularan hepatitis B dan D yang penting. Masa inkubasi hepatitis D bervariasi antara 21 samapi 140 hari.
Gejala hepatitis D serupa dengan hepatitis B keculi pasiennya lebih cendrung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut mrnjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati. Terapti hepatitis D serupadengan terapi pada bentuk hepatitis yang lain, meskipun penggunaan interferon yang merupakan obat khusus bagi hepatitis D masi diselidiki.
5. Hepatitis virus E
Virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis terbaru yang teridentifikasi, dianggap ditularkan melalui jalur fekal-oral. Masa inkubasi hepatitis E bervareasi dan diperkirakan berkisar 15 hingga 65 hari. Awitan dan gejalanya serupa dengan yang terdapat pada tipe hepatitis yang lain.
Menghindari kontak dengan virus melalui higiene perorangan yang baik, termasuk kebiasaan mencuci tangan, merupakan cara untuk mencegah hepatitis E. Efektivitas pereparat imun globulin dalam memberikan perlindungan terhadap virus hepatitis E belum diketahui.
C. Manifestasi klinis
Banyak pasien yang terinfeksi penyakit ini tidak menampakan gejala yang berarti. Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa saluran nafas atas yang ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi. Anoreksia merupakan gejala dini dan biasanya berat. Gejala ini diperkirakan akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak tersebut untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Belakang dapat timbul ikterus dan urine yang berwarna gelap. Gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat yang ditandai rasa nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Pasien biasanya menolak rokok bau asap rokok atau bau-bau lain yang khas.
Semua gejala ini cenderung menghilang segera setelah gejala ikterus mencapai puncaknya mungkin setelah 10 hari setelah kemunculanya.hanti dan limpa sering mengalami pembesaran moderat selama beberapa hari setelah awitan penyakit, bila tidak, ada beberapa tanda fisik yang harus dicari selain gejala ikterus.
Meskipun gejala hepatitis A pada anak-anak mungkin sangat ringan, namun pada pasien dewasa, penyakit ini lebih cenderung bersifat simtomatik dengan gejala yang lebih berat dan perjalanan penyakit yang lebih lama.
Prognosis penderita hepatitis A biasanya akan pulih kembali, hepatitis A niasanya jarang berlanjut menjadi nekrosis hati yang akut atau hepatitis fulminan dan berakhir dengan sirosis hanti atau kematian. Hepatitis A akan menimbulkan imunitas terhadap penyakit itu sendiri, namun demikian, orang yang kebal terhadap hepatitis A dapat terjangkit bentuk hepatitis yang lain. Angka mortalitas hepatitis A adalah kurang lebih 0,5%. Status karier tidak terdapat, dan juga tidak ditemukan hepatitis kronis yang berkaitan dengan hepatitis A.
D. Pencegahan
1. Vaksin hepatitis A.
Pada bulan februari 1995, vaksin pertama terhadap hepatitis A disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk digunakan di Amerika Serikat. Direkomendasikan agar vaksin dengan 2 kali pemberian diberikan kepada orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih dengan pemberian dosis ke-2 6 hingga 12 bulan sesudah dosis pertama. Perokteksi terhadap hepatitis A akan timbul dalam tempo beberapa minggu sesudah pemberian vaksin dosis pertama. Anak-anak remaja yang berusia 2 sampai 18 tahun akan menerima 3 kali pemberian dengan dosis ke-2 satu bilan sesudah dosis pertama dan dosis ke-3 6 hingga 12 bulan kemudian. Diperkirakan bahwa proteksi terhadap hepatitis A dapat berlangsung selama setidaknya 20 tahun (Marwick, 1995)
Vaksin hepatitis A direkomendasika bagi parawisata ketempat-tempat yang kondisi sanitasinya dan higienenya kurang memuaskan. Di samping itu, vaksinasi juga dianjurkan untuk mereka yang beraal dari kelompok beresiko tinggi (laki-laki homoseksual, pemakai obat-obatan intravena, staf rumah sakit dan petugas kesehatan lain). Seperti pada vaksinasi lainya, tindakan penjagaan harus dilakukan untuk menjamin upaya preventif, deteksi ddan kuratif bagi reaksi hipersensitivitas yang dapat timbul akibat vaksin tersebut.
2. Pemberian pereparat imun globulin
Hepatitis tipe A dapat dicegah pada orang-orang sebelumnya sudah mendapat vaksin dengan pemberian pereparat globulin intramuskuler selama masa inkubasi jika tidak dilaksanakan dalam waktu 2 minggu setelah terjadi kontak. Pemberian pereparat blobulin akan meningkatkan peroduksi antibodi sendiri dan memberikan imunitas pasif selama 6 hingga 8 minggu. Imun globulin dapat menekan gejala nyata penyakit tersebut, kasus subklinis hepatitis A yang terjadi akanmemberikan imunitas aktif terhadap serangan virus berikutnya.
Meskipun jarang dijumpai, reaksi sistemik terdapat imun globulin dapat terjadi. (tidak berhenti-henti diperlukan bila seseorang yang pernah mengalami angioedema, urtikaria atau reaksi alergi lain diobati dengan pereparat human imun globulin. Epinefrin harus sudah tersedia untuk digunakan jika terjadi reaksi sistemik atau anafilaktik).
3. Profilaksis prapajanan
Dianjurkan untuk mereka yang bepergian kenegara-negara yang berkembang dengan lingkungan dan sanitasinya buruk atau tidak menyakinkan, tetapi tidak memiliki cukup waktu untuk mendapatkan perlindungan melalui pemberian vaksin hepatitis A.
4. Imun globulin
Pemberian imun ini juga direkomendasikan bagi anggota keluarga dan suami atau istri penderita hepatitis A (orabf yang rentan tingal serumah dengan penderita hepatitis A biasanya juga sudah terinfeksi ketoka diagnosis ditegakkan dan harus mendapatkan pereparat imun globulin.
Komentar
Posting Komentar
askep45.com