KONTRASEPSI
A. Pengertian kontrasepsi
Kontrol reproduksi manusia telah dilakukan sejad berabad-abad yang lalu. Terdapat berbagai metode, dan penerimaan tentang konsep tersebut bervariasi. Tidak ada metode yang sempurna yang telah dikembangkan, semuanya mempunyai keuntungan dan kerugian. Kebanyakan metode dapat diterapakan pada wanita. Riset telah menunjukan metode kontrasepsi untuk pria, tetapi untuk berbagi alasan beberapa dari metode ini tampaknya tertutup untuk di pasarkan, meskipun dari beberapa metode tersebut sedang digali lebih dalam.
Lebih dari setengah juta kehamilan pertahuan di Amerika Serikat adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Lebih dari 1 juta terjadi pada remaja. Lebih dari 1 aborsi dilakukan dan lebih dari 400.000 dari aborsi dilakukan pada remaja. Banyak wanita yang secara seksual aktif atau diangap menjadi aktif secara seksual dapat mengambil manfat dari pembelajaran tentang kontra sepsi atau cara-cara untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Lebih sedikit kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengurangi jumlah aborsi, penganiayaan anak, tekanan pada unit keluarga, dan konsekuensi moralita dan morbiditas bayi. Penting untuk memastikan bahwa wanita mendapat informasi yang tidak bisa dan tidak bisa menghakimi, memahami keuntungan dan resiko setiap metode, belajar tentang mengetahui alternatif dan bagai mana tentang penggunaanya, dan mendapat penghargaan dan penerimaan positif tenyang pilihan mereka. Metode dan peraktik untuk mencegah kehamilan dan kelahiran yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan .
B. Jenis-jenis kontrasepsi
1. Abstines
Abstines atau celibacy adalah satu-satunya cara yang benar-benar efektif untuk mencegah kehamilan. Hal ini mungkin pilihan yang tidak diinginkan atau bukan pilihan yang baik bagi banyak wanita berhubungan dengan nilai-nilai dan kebutuhan seksual mereka serta pasangan mereka dan juga pengharapan kultural.
2. Sterilisasi ( kontrol konsepsi permanen )
Sterilisasi dengan oklusi tube bilateral atau vasektomi adalah cara kontrasepsi yang paling efektif setelah abstines. Kedua prosedur harus dianggap permanen karena kedua metode ini tidakmudah untuk dipilihkan. Wanita dan pria yang memiliki metode kontrasepsi ini harus yakin bahwa mereka telah menyelesaikan pengasuhan anak mereka, tanpa memperhatikan bagaimana situasi dalam kehidupan mereka dapat berubah.
3. Vasektomi ( untuk pria )
Vasektomi atau sterilisasi pada pria adalah ligasi dan transeksi suatu bagian dari vas deferen, dengan atau tanpa pengankatan sekmen vas deferen. Untuk mencegah mengalirnya sperma dari testis, vas deferen di panjangkan dengan cara membedah skrotum atau dengan menggunakan hemostat lengkung yang tajam. Ujung dari vas di ikat dengan tali atu klip, atau lumen dari setiep vas dirapatkan melalui kauterisasi. Spermatozoa, yang dihasilkan didalam testis, tidak dapat berjalan ke atas kearah vas deferen setelah pembedahan ini dilakukan.
Karena cairan seminal terutama di bentuk dalam vesikula seminalis dan kelenjar prostat, yang tidak di pengaruhi oleh vasektomi, maka tidak ada penurunan berarti yang terjadi dalam jumlah yang diejakulasikan, hanya saja tidak mengandung spermatozoa. Karena sel-sel seperma tidak dapat keluar, sel-sel tersebut kembali di serap kedalam tubuh. Prosedur ini tidak mempunyai efek pada potensi seksual, ereksi, enjakulasi atau pembentukan hormon pria. Prosedur ini tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit yang di tularkan secara seksual.
Pasangan yang khwatir mengenai kehamilan yang diakibatkan oleh kegagalan kontrasepsi sering menyatakan tidak lagi khwatir dan rangsangan seksual spontan meningkat setelah vasektomi. Penjelasan singkat dan faktual dapan meminimalkan atau merendakan kekhawatiran pasien berhubungan dengan maskulinitas. Meskipun hubungan antara vasektomi denga penyakit otoimun dan kanker proatat pernah dilaporkan, tidak ada bukti yang menunjukan keduanya.
Pasien diberitahukan bahwa ia akan steril tetapi potensi seksualnya tidak akan tergangu setelah vasektomi bilateral. Reanstomosis spontan dari vas deferen dapat terjadi, yang dapat mengakibatkan pasangan menjadi hamil, namun hal ini sangat jarang. Seperti halnya pada setiap prosedur pembedahan, infrom concer harus diselesaiakan sebelum prosedur dilakukan.
Komplikasi vasektomi termasukekimosis dan pembengkakan skrotum, infeksi luka superfisialis, vasitis ( inflamasi vase deferen ), epididimitis atau epididimorkhitis, hematoma dan granuloma spermatik. Granuloma spermatik adalah suatu respon infalmasi terhadap pengumpulan spermayang bocor kedalam skrotum dari ujung vas proksimal. Hal ini dapat mencetuskan rekanalisasi vas, kemungkinana mengakibatkan kehamilan pasangan.
a. Pendidikan untuk pasien post pembedahan vasektomi
Kantung es di pasang secara intermiten pada skrotum selama beberapa jam setelah pembedahan untuk mengurangi pembengkakan dan untuk meredakan ketidaknyamanan. Pasien diberi pengarahan untuk menggunakan celana dalam yang terbuat dari catun yang berjenis jocky untuk menambah kenyamanan dan sangga. Hal ini merupakan kondisi temporer yang sering terjadi setelah vasektomi dan mungkin dapat dirdakan dengan mandi rendam duduk.
Hubungan seksual mungkin dapat dilakukan kembali sesuai keinginan, meskipun fertilisasi tetap ada selama beberapa waktu setelah vasektomi hingga spematozoa di simpan di sebelah distaldari bagian vas yang telah sampai infertilitas ditegakkan melalui pemeriksaan cairan yang diejakulasikan. Beberapa dokter memeriksa spesimen 4 minggu setelah vasek tomi untuk menentukan sterilisasi, dokter lainya memeriksa dua spesemen berurutan denga interval 1 bulan, dan dokter yang lainya menganggap pasien steril setelah 36 kali ejakulasi.
b. Vasovasostomi
( pemulihan sterilisasi ) teknik bedah mikro digunakan dalam upaya untuk memulihkan vasektomi (vasovasostomi ) yang memulihkan patensi vas deferen. Banyak pria yang akan mmpunyai sperma dalam cairan ejakulasi mereka setelah pemulihan dan 40% sampai 70% dapat menyebabkan pasanganya hamil.
c. Menyimpan sperma
Menyimpan semen fertil pada bank sperma sebelum vasektomi adalah suatu pilihan bagi pria yang menginginkan menjadi seseorang ayah dari seorang anak. Angka keberhasilan dalam mencapai kehamilan dengan sperma yang dibekukan masi tidak pasti, dan masalah legal yang berkaitan dengan penggunaan sperma yang disimpan membuat hal ini menjadi isu yang berkepanjangan.
1. Keuntungan
1) Sangat efektif
2) Menghilangkan kontraseptif pada wanita
3) Tidak masalah untuk jangka panjang
4) Permanen
5) Prosedur banyak diterima oleh kebanyakan pasien
6) Sangat aman
7) Dapat dilakukan dengan cepat
2. Kerugian
1) Perlindungan bagi pria ( adalah wanita yang beresiko mengalami kehamilan )
2) Prosedur pembedahan memerlukan pelatihan bedah, kondisi aseptis, medikasi dan bantuan teknis
3) Mahal dalam jangka pendek
4) Diduga terdapat efek jangka panjang yang serius ( meski belum terbukti )
5) Permanen ( meski dapat dipulihkan bila memungkinkan, akan mahal membutuhkan pembedahan, yang sangat bersifat teknis dan mayor dan hasilnya tidak dapat diandalkan )
6) Tidak ada perlindungan terhadap PHS, termasuk HIV
7) Tidak efektif sampai sperma yang menetap dalam sistem reproduktif diejakulasikan.
4. Ligasi tuba ( untuk wanita )
Sterilisasi untuk wanita dilakukan melalui pembedahan same-day. Prosedur dilakukan melalui laparoskopi dan pasien dibawah tindakan anestetik umum atau lokal. Laparoskopi, instrumen optik kecil seperti periskop, dimasukan melalui insisi umbilika. Karbon dioksida dimasukan untu mengeser organ abdominal lain yang menjahui area tubal. Tuba falopi divisualisasi dan diligasi, dengan demikian mengganggu patensinya. Meskipun angka efektivitasnya 99% dan steril, semua wanita yang tidak menstruasi harus diperiksa untuk kehamilan karena kehamilan etopikdan intrauterus, meski hal ini jarang, namun dapat terjadi. Fungsi ovulatori dan menstrual tidak dipengaruhi dengan adanya sterilisasi, meskipun beberapa wanita melaporkan perdarahan menstruasi yang lebih banyak dan merasakan lebih banyak keram setelah ligasi tube.
Sebelum pembedahan sterilisasi pasien harus diinformasikan bahwa IUD, bila ada akan dilepaskan. Jika pasien menggunakan kontrasepsi oral, ia biasanya meneruskan penggunaan kotrasepsi oral samapi waktu dilakukan prosedur. Pada periode pascaoperatif, wanita mengalami suatu rasa tidak nyaman abdomen selama beberapa hari, yang berhubungan dengan gas karbondioksida dan manipulasi organ. Wanita diinstruksikan untuk melaporkan semua hal berikut : perdarahan, nyeri yang menetap atau meningkat intensitasnya, dan demam. Pasien juga harus diinformasikan bahwa selama dua minggu , ia harus menghindari hubungan seks, alatihan berat dan mengangkat. Resiko perosedur ini minimal dan biasanya berhububungan dengan anestesi dan bukan pembedahan itu sendiri.
1. Keuntungan
1) Insiden komplikasi rendah
2) Pemulihan singkat
3) Meningkatkan jaringan parut kecil
4) Dapat dilakukan dengan cepat
2. Kerugian
1) Permanen
2) Sifat dapt dipulihkanya sulit dan mahal
3) Perosedur sterilisasi yang secara teknis sulit
4) Membutuhkan ahli bedah ruang operasi ( kondisi aseptik ) asisten yang terlatih, medikasi, peralatan bedah
5) Mahal pada saat dilakukan
6) Jika gagal, kemungkinan untuk terjadinya kehamilan ektopik sangat tinggi
7) Tidak ada perlindungan terhadap PHS dan HIV.
5. Kontrasepsi oral ( pil )
a. Dasr fisiologi
Preparat kontrasepsi oral dan estrogen dan progesteron sintesis menyekat stimulasi ovarium dengan mencegah pelepasan FSH dari kelenjar hipofisis anterior. Pada keadaan tidak ada FSH, folikel tidak matang dan ovulasi tidak terjadi. Progestin (bentuk sintetik progresteron) menekan gelombang luteinizing-hormone, mencegah ovulasi dan juga mengubah mukus servikal sehingga tidak dapt dipenetrasi oleh sperma. Estrogen dan progesteron sintetik, yang ditemukan pada banyak kontraseptif oral yang tersedia dipasaran, berbeda dalam hal aktivitas androgeniknya.
b. Jenis kontrasepsi oral (pil )
Terdapat 2 jenis kontrasepsi oral (pil) “kombinasi” dan “progestin-saja” perbedaanya terletak pada adanya estrogen. Preparat kombinasi mengadung estrogen dan progesteron pada setiap pil. Estrogen tidak terkandung dalam pil progestin-saja. Kebanyakan wanita menggunakan kontesepsi oral menggunakan pil kombinasi. Progestin menggangu produk mukus servikal dan mencegah endometerium uterus unruk berkembang dengan sperma. Hasil dari kedua jenis pil adalah lebih ringan dari aliran menstrual normal setelah diminum setelah 21 hari dan kemudian dihentikan selama 7 hari. Aliran menstruasi tersebut sebenarnya perdarahan hentiakibat penghentian hormon karena periode normal terjadi hanyadengan ovulasi.
Pil kombinasi sekarang termasuk preparat bifasik yang mengandung jumlah estrogen konstan dengan suatu peningkatan dalam progestin pada hari ke 10 dan preparat trifasik yang memberikan beragsn dosis rendah estrogen sejalan dengan progesteron selama siklus 21 hari. Maksud dari variasi ini adalah untuk memberikan kontraseptif yang efektif yang menyerupai siklus normal dan memberikan progesteron yang cuckup untuk mencegsh ovulasi dan menstruasi.
Pil “mini” progestin saja mengandung progestin dan kurang protektif terhadap kehamilan dibandingkan denagn pil kombinasi. Sekitar 40% dari wanita yang menggunakan pil ini mengalami siklus ovulatori. Pil ini sangat berguna bagi wanita yang mengalami efek samping yang berhubungan dengan pil kombinasi (misal., sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai, khoasma atau perubahan warna kulit, perubahan berat badan atau mual). Beberapa perawatan kesehatan menganjurkan pil ini bagi wanita menyususi membutuhkan metode kontraseptif hormonal.
c. Program pemberian
Untuk memelai kedua tipe kontraseptif oral (tergantung pada instruksi yang terdapat dalam kemasan) 1 pil harus diminum pada hari minggu setelah menstruasi dimulai atau pada hari pertama menstruasi. Pil diminum selama 21 hari diikiti denga 7 hari bebas hormon. Pil tersedia dalam kemasan yang mengsndung semua pil yang dibutuhkan selama 1 bulan. Beberapa kemasan mencakup pil inaktif untuk 7 hari yang merupakan pil bebas hormon sehingga wanita lebih mudah untuk meneruskan kebiasaanminum pil teresut setiap hari. Wanita tertentu lebih menyukai untuk tidak minum pil selama 7 hari. Setelah 7 hari tidak minum atau 7 pil inaktif, kemasan baru mulai diminum.
d. Efek samping
Sedikit pasien mengalami efek samping seperti mual,deperesi, sakit kepala, penambahan berat badan, kram dan nyeri pada payudara. Biasanya gejala-gejala ini menghilang setelah 3 sampai 4 bulan. Karena gejala tersebut kadang berhubungan dengan retensi natrium da air yang disebabkan oleh estrogen, dosis hormon yang lebih kecil atau kombinasi hormon yang berbeda, sejalan dengan reduksi garam alam diet, dapat menghilangkan masalah ini. Banyak pasien mengalami bercak pada bulan pertama penggunaan pil ini bila mereka menggunakan secara tidak teratur, sehingga mereka harus di yakinkan dan dinasehati untuk minum pil setiap hari.
Wanita tertentu dengan periode menstrual yang tidak tertentu ( yaitu kurang dari 6 kali dalam 1 tahun ) di anjurkan untuk menggunakan kontraseptif lainnya. Jika mereka menggunakan kontraseptif oral, akan membutuhkan waktu bagi ovarium mereka untuk kembali berfungsi setelah mereka menghentikan penggunaan kontraseptif. Dengan mengacu pada beberapa cepat fertilasi kembali normal setelah penggunaan kontraseptif oral, biasanya menstruasi akan normala akan tertunda 2 atau 3 bulan pada sekitar 20% pemakaian. Pada wanita yang menggunakan metode ini kontraseptif penghalang selama 1 samapai 2 bulan setelah menghentikan penggunaan pil sebelum menjadi hamil sehingga tanggal yang akurat dari menstruasi akhir dapat ditentukan.
Menggunakan kontraseptif oral mengurangi insiden penyakit payudara jinak, kanker uterus dan ovarium, amenia dan infeksi pelvis. Implikasi kesehatan ini merupakan poin penyuluhan yang sangat penting untuk ditunjukan pada calaon atau pemakai kontraseptif oral. Beberapa pasien mengunakan kontraseptif oral ini menjadi beresiko lebih tinggi untuk tertular kalidia, penyakit hubungan seksual (PHS) yang umum. Ini merupakan poit penting yang harus diperhatikan.
1. Kontraindikasi absolut
Termasuk gangguan tromboembolik terdahulu dan saat ini penyakit serebrovaskuler, atau penyalit arteri.
2. Kontraindikasi relatif
Termasuk hipertensi, ikterus akibat empedu, mononukleosis fase akut, dan penyakit sel sabit. Perokok juga menjadi pertimbangan, wanita di atas 35 tahun yang merokok beresiko untuk mengalami masalah jantung dan harus menggunakan metode kontraseptif lainya. Kadang timbul komplikasi neuro-okuler, tetapi hubungan dan penyebab-dan-efeknya belum ditemukan. Jika terjadi gangguan visual, kontraseptif harus dihentikan.
Beberapa ahli ginekologi akan mengizinkan pasien yang mengalami sakit kepala migren untuk minum kontraseptif oral sejauh sakit kepala tidak memburuk akibat atau sejauh pasien tidak mengalami gejala neurologis. (wanitamuda yang mengalami pengelihatan kabur disertai migren akan dilarang untuk menggunakan kontraseptif oral) diabetes juga merupakan problematik, meskipun beberapa ahli diabetes mengizinkan mereka untuk menggunakan kontraseptif oral dengan pemantauan glukosa yang cermat. Leiomioma ( tumor fibroit) uterus dapat membesar dengan pengguanaan kontraseptif oral. Pasien dengan kondisi seperti ini dipantau dengan cermat, atau mereka dianjurkan untuk menghentikan penggunaan kontraseptif oral jika fibroit membesar dan memilih metode kontraseptif lainnya.
1. Keuntungan
a. Menurunkan kram dan perdarahan
b. Siklus menstrual yang teratur
c. Menurunkan insiden anemia
d. Kemungkinan menurunkan jerawat
e. Perlindungan terhadap kanker uterus dan ovarium
f. Menurunkan insiden kehamilan etopik
g. Perlindungan terhadap penyakit payudara ganas
h. Menurunkan insiden infeksi pelvis
2. Kerugian
a. Jarang terjadi pada wanita yang sehat
b. Efeksamping yang agak menggangu (perdarahan berkelanjutan dan nyeri tekan pada payudara)
c. Mual, berat badan meningkat, perubahan suasana hati
d. Peningkatan resiko terjadinya bekuan darah, stroke, atau serangan jantung, lebih berhubungan dengan perokok di banding dengan penggunaan kontraseptif oral saja
e. Meningkatkan tumor hepar jinak
f. Tidaka ada perlindungan tetap PHS (kemungkinan terjadi peningkatan resiko bila melakukan seks tidak ama)
6. Kontrasepsi implan
Sistem Norplant alat kontraseptif hamya-progesti dosis rendah yang reversibel terdiri hanya 6 buah kapsul Silastik lunak yang ditanam dibawah kulit lengan atas wanita. Implan melepaskan progesti levonorgestrel selama 5 tahun dengan demikian menghambat ovulasi.
1. Kontraindikasi
Untuk penggunaan sistem ini adalah penyakit hepar akut atau tumor hepar, kehamilan, perdarahan vagian dan tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kanker payudara atau riwayat tromboflebitis atau embolisme pulmonari.
2. Efeksamping
Yang umum mencakup perdarahan tidak teratur, peningkatan berat badan, jerawat, pertumbuhan rambut dan kerontokan rambut. Jika pasien menyadari kerugian dan efeksamping ini mereka sepertinya dapat mentoleransi implan dan meneruskan penggunaanya.
3. Pemasangan
Dilakukandibawah kondisi aseptik dalam lingkungan rawat jalan seperti pada ruangan peraktik atau klinik. Insisi kecil di buat pada lengan atas setelah pasien menerima anestesi loka. Kapsul Norplant dimasukkandalam 7 hari pertama silkus menstruasi untuk menghindari kemungkinan kehamilan yang sedang terjadi. Efek kontraseptif terjadi dalam 24 jam. Alat tersebut dapat dianggkat kapan saja tetapi akan efektif selama 5 tahun. Pemasangan menbutuhkan waktu sekitar 15 menit dan pengangkatan membutuhkan waktu biasanya lebih lama dan prosedur lebih sulit karena jaringan telah membungkus implan.
4. Perhatian lain
Harus dipertimbangakan. Pasien harus melaporkan gejala-gejala sakit kepala atau visual kepada pemberi perawatan kesehatan karena kasusu hipertensi intrakranial dilaporkan pernah berhubungan dengan implan meskipun sangat jarang. Papiledema harus disingkirkan jika terjadi skit kepala. Jika kehamilan diinginkan, tingkat fertilitas sebelumnya diperkirakan akan pulih segera setelah pengangkatan sistem Norplant. Resiko merokok dan penggunaan implan ini tiddak diketahui. Wanita yang merokok harus dibantu dengan sustu metode untuk menghentikan atau mengurangi rokok.
7. Depo-Provera
Suntikan intramuskuler Depo-provera, suatu progestin long-acting, setiap 3 bulan secara efektif menghambat ovulasi dan merupakan metode kontraseptif yang dapat diandalkan dan tidak menyulitkan. Metode ini dapat digunakan oleh wanita yang sedang menyusui dan mereka denga hipertensi, penyakit hepar, sakit kepala migren, penyakit jantung dan hemoglobinopati. Wanita yang menggunakan metode ini harus disiapkan terhadap adanya perdarahanyang tidak teratur atau tidak terjadi sama sekali. Dengan penggunaan kontunu, episide perdarahan tidak teratur dan bercak akan menurun dan biasanya, terjadi amenore.
Kerugian potensial termasuk perdarahan menstrual yang sangat banyak dan tidak teratur, rasa kembung, sakit kepala, rambut rontok, penurunan dorongan seks, penurunan bert badan, atau penambahan berat badan. Pada wanita yang menghentikan metode ini, fertilita dapt tertunda.
Depo-provera dikontraindikasikan pada kehamilan, perdarahan vagina abnormal yang tidak diketahui penyebabnya, kanker payudara atau pelvis, atau sensitivitas terhadap perogram sintetik. Efek jangka panjang pada janin pada wanita menyusui yang menggunakan depo-pervora tidak diketahui tetapi diduga dapat diabaikan, kanker payudara dan resiko osteoporosis sedang dalam penelitian dan resiko kanker endometerialmenurun. Depo-pervera tidak melindungi dari PHS.
8. Alat intrauterus
Alat intrauterus (intrauterus device [IUD]) adalah alat plastik kecil, biasanya berbentuk huruf T, yang dimasukan kedalam rongga endometerium untuk mencegah kehamilan. Benang yang melekat pada IUD tampak nyata dan dapat diraba pada ostium servikal. Praktisi berpendapat bahwa IUD mencegah konsepsi dengan menyebabkan reaksi inflasi setempat, yang tiksik bagi spermatozoa dan blastosit. IUD tidak merusak telur yang sudah dibuahi, seperti yang diyakini oleh orang-prang tertentu.
Salah satu jenis IUD, progestin, melepasakan progestin dan di ganti setiap tahun. Progestin dapat menurunkan kram selama menstruasi, tetapi pasien yang mengguanakan IUD jenis ini menpunyai angka kehamilan lebih tinggi di bandingkan mereka yang mengunakan IUD copper-bearing yang efeknya selama 8 tahun. Copper menpunyai efek antiseptik. Metode IUD efektif untuk lama dan tidak menpunyai efek sistemik dan mengurangi kesalahan pasien. Metode pengendalian kelahiran yang relesibel ini sama efektifnya dengan kontraseptif orala dan lebih efektif dibandingkan metode barier.
1. Kerugian
Kerugian mencakup kemungkinan perdarahan ynag berlebihan, kram dan nyeri punggung serta sedikit resiko kehamilan tuba, infeksi pelvis, perpindahan tempat dan meskipu jarang, perforasi dan uterus. Jika terjadi kehamilan saat IUD masi terpasang, alat segaera di lepasakan untuk menghindari infeksi. Aborsi spontan (keguguran) dapat terjadi saat pelepasan.
Metode IUD biasanya tidak digunakan pada wanita yang tidak mempunyai anak karena uterus nulipar masi terlalu kecil untumk metoleransi alat ini. Waniya dengan banyak pasangan, wanita dengan periode menstruasi yang sangat banyak atau mengalami kram, atau mereka dengan riwayat kehamilan etopik atau infeksi pelvis disarankan untuk menggunakan metode lain.beberapa praktisi meresepkan antibiotik setelah memasang IUD untuk mencegah kemungkinan infeksi.
9. Barier mekanik
1. Diafragma
Diafragma adalah alat kontraseptif yang efektif, terdiri pegas yang bulat, lentur (dengan lebar 50 sampai 90 mm) yang terbungkus dengan tudung karet lateks seperti kubah. Jeli atau krim spermisida digunakan untuk melapisi kecembungan diafragma sebelum dimasukan kedalam vagian, menutupi servuks. Diafragma tidak akan terasa bagi pemakai atau pasangan bila dipasang dengan baik. Karena ukuran tubuh wanita beragam, diafragma dibuat untuk dapat digunakan dengan secara pas oleh individu, sehingga pengukuran diafragma oleh pemberi perawatan yang sudah berpengalaman sangat penting. Wanita dianjurkan dalam penggunaan dan perawatan alat tersebut. Peragaan ulang memastikan bahwa wanita tersebut dapat memasukan diafragma dimasukan dengan tepat dan diafragma menutupi serviks.
Setiap kali wanita menggunakan diafragma, ia harus memerikasa dengan cermat terhadapa adanya kerusakan. Memegangnya dibawah sinar yang terang dan memerikasanya harus dengan teliti untuk memastikan bahwa tidak ada kubang sekecil jarum pentul sekalipun, retak, atau alat robek. Jeli atau krim kontraseptif dioleskan dengan cara yang dianjurkan untuk menutupi permukaan diafragma. Jika jeli atau krim dioleskan lebih dari 6 jan sebelum hubungan seksual, maka jeli tersebut harus dioleskan kembali. Diafragma kemudian diletakan untuk menutupi keseluruhan serviks. Diafragma harus tetap berada didalam serviks setidaknya 6 jam (tetapi tidak boleh lebih dari 12 jam) setelah koitus. Setiap kali akan melakukan hubungan seksual penambahan spermida diperlukan. Saat pelepasan, diafragma dibersihkan dengan sabun ringan dan air, bilas dan dikeringkan sebelum disimpan ditempatnya.
a. Kerugian
Mencakup reaksi alergi pada mereka yang sensitif terhadap latek dan hal-hal yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Sindrom syok toksik telah dilaporkan pada wanita tertentu yang telah menggunakan diafragma.
2. Kap servikal
Kap servikala adalah lebih kecil (22 sampai 33 mm) dibandingkan dengan diafragma dan menutupi hanya serviks, kap ini digunakan dengan sperida. Jika wanita dapt meraba serviksnya, ia biasanya akan belajar untuk menggunakan kap servikkal. Keuntunganya adalah bahwa kap ini dapat dibiarkan ditempatnya selam 2 hari.
Meskipun mudah untuk digunakan, kap servikal dapat menyebabkan iritasi servkal, sehingga sebelum memasang kap servikal, kebanyakan para praktisi melakukan pap smear dan mengulanginya selama 3 bulan penggunaanya. Kap dapat dibiarkan ti tempatnya selama 48 jam dan tidak membutuhkan spemisida tambahan untuk tindakan hubungan seksual yang berulang.
3. Kondom wanita
Metode kontraseptif inovatif bagi wanita, kondom wanita secara teoris mengandalikan PHS dan HIV setelah kehamilan pada wanita. Versi yang baru-baru ini beredar, dikenal dengan labely Reality, terdiri atas silinder poliuretan yang salah satu ujungnya tertutup oleh cincin tertutup yang menutupi serviks dan pada ujung lainya oleh cincin terbuka yang menutupi perinium.
a. Keuntungan
Alat ini adalah mencakup perlindungan terhadapa PHS sampai tingkat tertentu yaitu virus papiloma manusia, herpessimplek, dan HIV.
b. Kerugian
Mencakup ketidak mampuan untuk digunakan pada beberapa posisi koital dan berdiri.
4. Spermisida
Spermisida tersedia bebas dipasaran dalam bentuk foam, suntikan dan padat kondom. Spermisida merupakan kontraseptif efektif ketika diunakan bersama dengan kondom. Ketika digunakan sendiri, spermisida akan lebih baik dan dapat memberikan perlindungan dari beberapa PHS.
5. Kondom pria
Kondom pria adalah pembukus lateks yang tidak dapat bocor, terpasang pas pada penis yang ereksi sebelum penis memasuki kanal vagina. Ujung kondom harus ditekan ketika dipasang agar tersisi ruang untuk keperluan ejakulasi. Jika tidak ada ruang sisa, ejakulasi dapat menyebabkan robekan atau lubang pada kondom dan mengurangi keefetivanaya. Penis dengan kondom terpasang dilepaska dari vagian ketika masi ereksi untuk mencegah kebocoran ejakulasi.
Kondom adalah metode efektif bila digunakan dengan foam kontraseptif. Kondom lateks juga merupakan barier penularan PHS, terutama infeksi gonorea, klamidia dan HIV. Kondom merupakan alat kontraseptis yang sangat dianjurkan untuk mengurangi resiko terhadap infeksi HIV. Namun demikia, kondom alamiah ( kondom yang terbuat dari jaringan hewan ) tidak dapat melindungi terhadap infeksi HIV. Wanita mempunyai hak untuk memaksa pasanganya untuk menggunakan kondom dan mempunyai hak untuk menolak melakukan hubungan seksual tanpa atau denga kondom.
6. Koitus interuptus
Koitus interuptusa merupakan tindakan penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, membutuhkan kontrol yang cermat dari pria dan merupakan metode kontraseptif yang sering digunakan. Sebagian besar ketidakpastian dan ketidakhandalan dari metode ini diakibatkan dari kemungkinan adanya sperma pada cairan par-ejakulator. Pria dan wanita biasanya tidak menyadari tentang fakta nini dan harus dinformasikan bahwa penarikan penis merupakan metode kontraseprif yang tidak efektif.
7. Metode irama alami
a. Keuntungan
Keuntungan dari metode kontraseptif alamiah mencakup sebagia berikut :
1. Metode ini tidak membahayakan individu
2. Metode ini tidak mahal
3. Metode ini dapat diterima oleh beberapa agama
b. Kerugian
1. Metode ini membutuhkan kedisiplinan oleh pasanganya
2. Hrus mengontrol atau memantau siklus menstruasi dan tidak boleh melakukan hubungan seksual selama masa subur.
8. Metode kontrasepf irama
Mungkin sulit untuk digunakan karena metode ini bergantung pada wanita untuk menetapkan waktu ovulasi mereka dan untuk menghindari hubungan seksual pada saat subur. Fase fertil ( yang membutuhkan abstinens seksual) diperkirakan terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi, meskipun ovulasi dapat terjadi antara hari ke 10 dan hari ke 17. Spermatosa dapat membuahi ovum sampai 72 jam setelah hubungan seksual dan ovum dapat dibuahi selama 24 jam setelah meninggalkan ovarium. Angka kehamilan denga metode irama mendekati 40% per tahun.
Menurut beberapa peneliti, wanita yang dengan cermat menetapakan “periode aman”-nya, berdasarkan pada pencatatan yang tepat tanggal menstruasi selama setidaknya selama 1 tahun dan yang mengikiti dengan cermat rumusan yang diberikan memperoleh perlindungan mencapai 80%. Periode abstinens yang panjang selama setiap siklus sangat diperlukan. Pra-persaratanya ini membutuhkan waktu dan kontrol yang lebih lama. Perjalanan dalam keluarga berencana alamiah banyak ditawarkan pada banyak rumah sakit Katolik dan pada beberapa klinik keluarga berencana.
9. Metode deteksi ovulasi
Misalnya Ovulidex terdapat pada hampir semua toko farmasi. Adanya enzim, guaiacol peroksida, dalam mukus servikal memandakan ovulasi 6 hari sebelum dan juga mempengaruhi kekentalan mukus.
Kit tes tersedia dipasaran dan mudah digunakan, handal dan tidak mahal. Kit perediksi ovulasi lebihefektif untuk perencanaan konsepsi dibanding menghindarinya.
10. Kontrol konsepsi pascakoital (kontrasepsi emerjensi)
Waktu yang tepat, dosis estrogen yang adekuat setelah hubungan seksual dapat mencegah kehamilan. Metode ini jelas bukan merupakan kontraseptif jamgka panjang yang sesuai tetapi bisa dilakukan dalam situasi emerjensi seperti perkosaan, saat dimana kondon atau diafragma rusak atau robek, atau “bentuk lain” yang dapat terjadi selama hubungan seksual.
Preparat estrogen ini, diberika setelah hubungan seksual dan sebelum implantsi ovum, akan sangat efektif. Biasanya dosis kecil kontraseptif oral, misalnya levonorgestrol dan etinil estradiol, diberikan dan diulangi dalam 12 jam. Karena mual merupakan efek samping yang utama, hal ini apat diminimalkan dengan cara minum obat bersama dengan makan atau denga medikasi antiemetik. Efek samping lainya, seperti rasa sakit pada payudara dan perdarahan tak teratur. Setiap pasien yang mengunakan metode ini harus diberitahukan angka kegagalan 1,6% dan dikonsulkan mengenai metode kontraseptif lain. Kontraseptif mornig-after berkaitan dengan disfungsi fase luteal, sehingga menyebabkan endometerium yang melampaui batas.
11. Pemasangan IUD pascakoital
Dalam 5 hari setelah pemasangan telah digunakan disertai dengan IUD copper-bearing pada wnaita yang menginginkan metode kontrasptif ini , namun demikian, tindakan ini kurang tepat bagi beberapa wanita atau jika terdapat kontraindikasi lainya.
12. Kontrol investigasional
Penelitian menemukan bahwa tidak ada metode pengontrol konsepsi yang sempurna. Meskipun abstinnens sekalipun, setiap metode mempunyai suatu resiko, sehingga riset tentang metode yang baru terus dilakukan. Suatu metode yang baru harus melewati evaluasi yang panjang dan mahal sebelum diluncukan kepada masarakat luas. Salah satu metode yang masih dalam penelitian adalah penggunaan cincin vagina yang dipasang memgelilingi serviks dan melepasakan progestin. Cincin tersebut dapat efektif selama 3 bulan. Metode lain yang juga dalam penelitian termasuk parches, medikasi sublingual, dan diafragma sekali pakai. Metode yang masi dalam penelitian untuk kaum pria termasukan pendekatan hormon untuk menyekat pertumbuhan spema, vaksin yang mengganggu transport sperma, analog hormon dan vasektomi yang dilakukan tanpa penggunaan skalpel.
Komentar
Posting Komentar
askep45.com